Monster

Kenapa Orang Bisa Jadi Monster dan Predator?


20 tahun lalu, ibu saya pernah mengalami sexual harassment secara fisik dan itu buat beliau punya pandangan yang berbeda terhadap laki-laki. Laki-laki tua gak tau diri itu menyerang ibu saya lebih dari sekali, karena emang tujuannya gak pernah berhasil, ya iyalah ibu saya kan wonder woman. Hehe. Tapi kegagalan yang terus dialami si pak tua ini gak buat dia jera, dan untuk terakhir kalinya dia ngelakuin hal yang sama yaitu ‘megang-megang’ ibu saya, akhirnya dia jera. Kenapa? Karena ancaman dan perlawanan luar biasa dari ibu saya.

Nah diusia saya yang kira-kira masih bocah ibu saya untuk kesekian kalinya diperlakukan dengan hal yang sama lagi, tetapi dengan lelaki yang beda, lebih muda tapi gak lebih punya otak daripada yang sebelumnya. Saya ingat sekali bahwa saat itu malam, ayah saya sedang merantau ke Riau, nah dengan percaya dirinya nih si brengsek ini ngetok pintu rumah kami dan minta dibukain pintu supaya dia bisa masuk, padahal ibu udah bilang kalau ayah gak dirumah tapi nih orang emang pada dasarnya gak punya otak yaa jadi dia tetap maksa untuk masuk sambil ngomong kata-kata yang gak senonoh dan seketika ibu saya langsung marah-marah dan banting pintu tengah dan bawa saya masuk ke kamar sambil memeluk saya dengan erat. Jujur saja saat itu saya sangat takut begitu juga ibu saya. Akhirnya si brengsek itu pergi karena gak dapat respon yang dia inginkan dari ibu saya.

Di rumah saya punya adik perempuan yang masih SMP, adik saya ini punya badan yang lumayan gede, bahkan dia lebih besar dari saya yang udah semester 5 ini. Nah kebiasaan dia itu setelah ibadah malam dia gabung sama kami buat nonton acara tv kesayangan, sambil ketawa-ketawa. Tapi selama saya pulang libur semester dia selalu di kamar, gak pernah keluar meski ada cendol dan makanan lainnya yang biasa jadi rebutan. Dia selalu dikamar dan ngurung diri kayak pengantin baru. Setelah diusut ternyata dia selalu dalam kamar setelah peristiwa pelecehan seksual yang dia alami beberapa bulan lalu. Saya syok dan gaktau harus apa, tapi ini kenyataan yang harus diterima. Dia trauma dan saya harus punya andil untuk meminimalisir ketakutannya dengan selalu menemaninya.

Dan sebenarnya masih banyak perempuan lainnya yang punya pengalaman dilecehkan oleh oknum tertentu, dan bisa saja pengalamannya jauh lebih menyeramkan daripada cuma diajak berbuat mesum atau dipegang-pegang. Banyak dari mereka yang gak berani ngomong aja.

Mungkin ada yang bertanya, ngapain sih certain aib keluarga sendiri? Atau kok gak malu banget cerita hal kayak gini ke publik dan lainnya yang ada dipikiran kalian. Karena adanya anggapan bahwa perempuan itu adalah simbol kesucian, dan kehormatan, sehingga pelecehan seksual yang dialami perempuan merupakan sebuah aib yang harus dijaga. But menurut aku ini bukan aib, karena kedua perempuan di atas itu korban dan bukan pelaku yang ngelakuin perbuatan keji. Dan sekali lagi kalau kita selaku perempuan selalu nutupi perbuatan yang merugikan kita sendiri maka hal ini akan terus terjadi dan seolah-olah kita sedang menyembunyikan dan mendukung perbuatan laki-laki tersebut. Pelecehan seksual itu bukan hanya terjadi di kota besar, bukan hanya terjadi sama perempuan yang suka buka aurat, pelecehan seksual bisa terjadi dimana saja dan kapan saja bahkan oleh siapa saja. Dan saya selaku perempuan tidak pernah menginginkan hal ini terjadi sama perempuan manapun di luar sana yang belum pernah di lecehkan. Supaya kita para perempuan lebih awere dan peduli dengan perempuan lainnya dan terus berhati-hati.

Gak banyak perempuan yang berani bicara saat mereka diganggu dan saat harkat martabat mereka dilukai bahkan direndahkan. Masyarakat Indonesia emang punya obsesi untuk menjadi masyarakat yang teratur, damai, harmonis dengan cara yang salah yaitu dengan cara menutupi segala hal yang dianggap dapat merusak integrasi dan keharmonisan. Padahal dengan diamnya kita sama masalah kecil akan membuat kita membentuk atau membendung masalah yang akan lebih besar lagi. Contohnya nih anggapan bahwa emosi negatif kayak nangis, kecewa, sedih dan lainnya itu buruk dan kita gak boleh ngelakuin hal itu. Kita harus kuat gak boleh lemah, nangis dan lainnya, ujung-ujungnya semua perasaan itu kependem dan lama-lama kita akan meledak. Nah sama kayak pelecehan seksual, kita perlu bicara sama yang berwajib, sama orang lain supaya kita punya perasaan untuk dilindungi, supaya orang lain tau bahwa masyakat kita punya oknum yang bisa merusak masa depan banyak orang. Jadi perempuan jangan diam, karena ingat diamnya kita itu dapat diartikan sebagai persetujuan dari si pelakunya itu, yang buat pelakunya itu makin menggila dalam bertindak.

Yang jadi pertanyaan selanjutnya adalah kenapa manusia bisa jadi monster yang buat takut manusia lain? Kenapa orang bisa jadi predator? Kenapa orang bisa punya kelainan yang berbeda dengan orang kebanyakan?

Ada beberapa faktor yang buat orang jadi predator dan menyeramkan bagi sebagian besar perempuan, yaitu:
Pelaku berada dalam lingkungan dengan ideologi patriarki yang kuat. Anggapan bahwa laki-laki lebih tinggi dalam segala hal membuat mereka mampu untuk mendominasi perempuan dalam berbagai aspek, termasuk secara seksual. Hal ini juga yang membuat perempuan tidak mampu atau tidak berani untuk melawan atau membicarakannya dengan orang lain agar dapat perlindungan yang lebih baik. Sehingga pelaku merasa memiliki rasa aman untuk melakukan perbuatan tersebut secara terus-menerus.
Mempunyai riwayat kekerasan seksual di masa kecilnya. Lihat bagaimana hal ini bisa menjadi rantai yang tidak terputus hanya karena ketidaktahuan orang-orang disekitarnya agar dapat memberikan rasa aman, nyaman dan pemulihan secara mental. Karena katanya pelecehan itu adalah aib dan harus disembunyikan.
Hasrat seksual yang tidak dapat disalurkan, hasrat seksual ini bisa terjadi  karena semasa kecil alam bawah sadarnya sudah merekam perbuatan seksual seperti orangtua yang melakukan hubungan intim di atas kasur yang sama dengan sang anak, jadi secara otomatis sang anak memiliki kecendrungan seksual yang besar dan di dorong lagi dengan seringnya menonton, membaca dan melihat hal-hal yang berbau pornografi, sehingga fantasi pornografinya terus berkembang dan di saat-saat tertentu tidak dapat dibendung.
Ketergantungan obat-obatan atau minuman keras.

Pelecehan seksual juga bisa terjadi kepada laki-laki, namun sejauh ini perempuan memiliki kecendrungan lebih besar untuk menerima pelecehan seksual karena adanya anggapan bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan aspek lainnya yang membuat perempuan lebih mempunyai kesempatan besar untuk dilecehkan. Dalam catatan Komnas Perempuan selama 12 tahun (2001-2012) sedikitnya ada 35 perempuan yang menjadi korban pelecehan seksual setiap harinya. Pada tahun 2012 tercatat terdapat 4.336 kasus pelecehan seksual terhadap perempuan. Sedangkan pada tahun 2013 kasus pelecehan seksual bertambah menjadi 5.629 kasus. Ini artinya bahwa dalam 3 jam setidaknya ada dua perempuan yang mengalami pelecehan seksual. Usia korbannya sekitar 13-18 tahun dan 25-40 tahun.

Nah dari catatan ini kita sebagai perempuan maupun laki-laki seharusnya lebih peduli terhadap kasus pelecehan seksual, lebih peka dan lebih sadar sama lingkungan kita yang udah mulai tidak lagi sehat untuk penghuninya. So gini aja cerita hari ini sampai ketemu di cerita selanjutnya. Byeee


Comments

Popular posts from this blog

DERANA

Maharnya Perempuan Berpendidikan

Quarter Life Crisis