Posts

Showing posts with the label Puisi

Untukmu yang sedang menunduk malu

Image
  Tegakkanlah wajahmu, jangan tenggelam dalam kekecewaan Angkatlah ujung bibirmu, jangan biarkan ia terjatuh Letakkanlah telapak tanganmu di dada kiri dan rasakan Ada yang hidup di sana Jiwamu tidak akan mati, meski mereka terus memaki Duniamu tidak akan berhenti, meski kau jatuh tanpa henti Di sana selalu ada harapan, selalu ada cinta. Jangan menangis terlalu lama, ibu yang sudah pulang pasti akan sedih melihatmu terkungkung waktu yang begitu jenuh Kau tidak bisa mengharapkan setiap hari cerah, karena gurun juga tidak setiap saat indah Kadang kala kita butuh hujan, supaya bunga mawar yang indah itu bisa tumbuh Kadang juga kita butuh jalanan berlubang untuk menginjak rem. Tak apa berhenti, asal jangan lupa tujuanmu berjalan Selalu ada hati yang merindukanmu sendiri, maka pulanglah untuk nya, untuk jiwamu sendiri.

Perihal istirahat

Image
  Kamu sudah terlalu jauh berlari. Cobalah untuk berjalan sedikit lebih lambat. Kamu sudah terlalu cepat memikirkan perihal masa depan. Cobalah teguk sedikit teh di meja itu. Beristirahatlah sejenak, tak perlu memaksa. Garis finis itu akan tetap ada bahkan jika kau duduk sebentar saja. Hidup bukan soal perlombaan yang harus kamu kejar. Tenanglah sedikit, ibumu bahkan masih ingat suara tangis yang kau teriakan saat itu. Jangan terlalu cepat hingga kau lupa beristirahat. 

Tatap yang Ratap

Image
Apa yang membuat hatimu gusar hari ini? Masih cerita cinta yang tak terbalas? Hmm ternyata sekeras itu hatinya yaa Sabar mungkin tidak untuk hari ini Barangkali esok atau lusa. Cerita cinta sebelah tangan memang sulit dimusnahkan begitu saja. Mereka berkembang dengan caranya sendiri Mereka tumbuh dengan asupan kecemburuan yang membara Mereka hidup dengan nutrisi penolakan yang tak terelakan. Begitulah cinta Nyatanya tidak semua harus disiram penerimaan Ada rasa gundah dalam pikiran yang tak pernah sudah Ada amarah yang tak pernah terlepas layaknya parasit dalam tanaman kota Lalu kamu harus bagaimana? Entahlah Aku tidak punya solusi terbaik untuk masalah rumit ini Kalau kukatakan jangan pernah menyerah layaknya karang yang terus dihantam ombak. Aku tak pernah kuasa melihatmu terus membawa serta remahan kecewa yang harus ditelan percuma. Kalau kukatakan berhenti berharap karena semua akan berlalu dengan segudang luka yang entah kapan sembuhnya. Aku ragu, aku bukan Tuhan yang tau mas

Lika

Image
0612 Lembut tuturnya menjadi ciri khas seorang Lika Nama yang sudah menemaniku sejak beberapa tahun terakhir. Mungkin dia jenuh, atau bahkan bosan. Entahlah aku tak pernah tau. Kau tau kenapa? Karena dia lebih senang diam daripada harus bertengkar. Dia wanita paling damai yang pernah kutemui. Senyumnya yang teduh sering menegurku untuk sedikit lebih tenang. Layaknya air ia selalu bisa beradaptasi dengan siapapun yang menjadi lawan bicaranya. Ia mampu mendinginkan panasnya emosi kala argumentasi tak mampu lagi dibatasi. Layaknya air ia mampu menjadi petunjuk arah dari sesatnya pikiran seorang manusia bodoh sepertiku. Lika Namanya langka seperti sifatnya. Ia mampu menampung segala sendu hanya supaya kita tak saling beradu. Ia mampu membuatku banyak belajar tentang arti diam dan sabar. Ia perempuan cantik yang tak banyak mengeluh apalagi mengubah wajah. Sungguh aku sangat iri dengannya. Sebenarnya aku ingin menulis cerita ini sedikit lebih panjang, tapi aku tak ingin melihat likaku letih