Posts

Showing posts with the label Tuhan Izinkan Aku Menjadi Feminis

Tujuh

  Aku cantik, aku mandiri, aku special.  Ucapku pada cermin sebagai ritual setiap pagi. Dulu setelah ditinggalkan Mas Raka, aku selalu merasa gagal jadi perempuan, ya gimana gak gagal coba? Diselingkuhin sama laki-laki. Dari situ aku selalu merasa diriku enggak pernah pantas hidup, karena duniaku ada padanya.  Tapi itu dulu, sebelum ritual pagi aku kerjakan. Untuk bisa mencintai diriku sendiri, untuk bisa menerima hidupku kembali seutuhnya dan tanpa menggantungkan kebahagiaan dan angan-angan ku pada Mas Raka, aku mulai mensyukuri nikmat Tuhan dengan cara menghargai diriku, mencintai diriku terlebih dulu sebelum melakukan nya kepada orang lain. Hari ini pertama kalinya aku akan bekerja di kantor baru, dengan rekan kerja yang juga baru. Semoga selain gaji baru, aku juga bisa mendapatkan pasangan baru di sini, sebelum mama mengoceh lagi.  Kantor baruku tidak jauh dari tempat tinggal ku, cukup 20 menit berjalan kaki, aku akan sampai di sana. Tidak perlu menggunakan kendaraan bermotor, supa

Enam

 Akhirnya setelah perjalanan panjang, aku sampai di tempat tinggalku yang baru. Sebuah rumah kos yang tidak besar dan juga tidak kecil, cukup untukku tinggal di dalamnya, bisa masak supaya lebih hemat dan banyak lagi yang bisa ditabung untuk masa depan yang tidak pasti.  Di sini, di rumah baruku ini aku ingin mengawali semuanya, memulai hari baru dengan lebih tenang dan damai dan tentunya lebih rapi dan bersihan. Ya aku memang bukan perempuan kebanyakan, sedikit malas bahkan hanya untuk melipat selimut, lemariku hanya rapi dalam satu minggu dan paling males kalau disuruh menyapu rumah. Tapi hari ini saat aku tiba di rumah ini, aku janji akan mengurangi semua kemalasan itu, sesuatu yang tidak baik akan diperbaiki mulai sekarang. Semoga semesta membantuku menjadi manusia lebih baik lagi.  Hari ini dan esok adalah waktu untukku mendekor rumah baru, rasanya seneng banget bisa punya ruang untuk mengekspresikan diri sendiri. Aku akan membuat kamarku dengan warna kesukaan, warna baru yang lag

Lima

 Bis perlahan meninggalkan terminalnya, ia pasti kembali jika tugas mengantar orang-orang telah selesai di kerjakan, pun begitu nanti denganku. Bis yang aku naiki ini perlahan melewati sudut kota yang ramai, suara klakson yang berisik dan beberapa kali menaik turunkan penumpang dan juga pengamen. Satu dua lagu yang mereka nyanyikan hampir selalu dengan lagu yang sama, hanya pengamen pertama yang aku berikan uang, yang lainnya aku memutuskan untuk berpura-pura tidur supaya tidak kehabisan uang. Maaf, mungkin kalau uangku sudah cukup dan hatiku sudah lebih luas aku akan memberikan kepada mereka yang membutuhkan. Perjalanan cukup jauh, aku sesekali tertidur, namun tidak senyaman saat tidur dengan kepala dan kaki yang sama rata. Tidur dengan posisi duduk ini sering membuat leherku merasakan pegel. Tidak mengapa, karena memang ini yang harus dijalani. Bis berhenti untuk kesekian kalinya, nampaknya ia menaikkan seorang penumpang. Seorang laki-laki masuk dan melihat tempat duduk yang kosong d

Empat

 Bahagia Sebelum Menikah, satu bab dari tulisan dokter gigi bernama Dea Safira. Aku memilih buku ini untuk dibaca bukan karena aku ingin menjadi feminis garis keras, tapi aku hanya ingin tau saja, bagaimana pandangan feminis menurut perempuan berdarah Jawa yang sudah aku ikuti setahun terakhir ini. Setelah selesai membaca bab itu akupun bertanya pada diriku sendiri, alasan aku sangat ingin menikah sebenarnya karena apa? apakah karena aku merasa kesepian? sangat mencintai laki-laki yang menjadi kekasihku atau aku hanya ingin terhindar dari omongan tetangga? Aku tidak pernah menginginkan suami hanya karena aku sudah lelah bekerja dan ingin dinafkahi, seperti yang pernah kukatakan sebelumnya bahwa aku menginginkan hubungan yang seimbang, jika lelakiku membayarkan makan siangku, aku ingin membayar makan malam kami. Aku sangat tidak suka bergantung dengan orang lain sebenarnya, tetapi jika prinsipku itu kurang disenangi lelakiku, maka tidak ada masalahnya aku membiarkan dia membayarnya, aku

Tiga

 Aku telah selesai dengan semua urusan rumahku saat mama pulang dari arisan. Ia tampak lebih ceria daripada saat berangkat tadi. "Ra, mama ada kabar baik buatmu," ucap mama mengagetkanku yang sedang asik melamun. "Apa sih ma? heboh banget deh." "Kamu ingat gak buk Rina? yang punya kebun duren lima belas hektar itu." Aku mencoba mengingat seseorang bernama Buk Rina itu "Ooh iya ma ingat, kenapa sama dia?“ "Rupanya dia masih punya anak laki-laki loh yang bungsu itu." Aku merasa ada sesuatu yang harus aku hindari, aku merasakan ada pembahasan mengenai perjodohan yang akan dibahas mama. "Anaknya lumayan ganteng loh Na," sambungnya "Donna dak peduli dan gak mau dijodohin sama dia ma." "Loh loh loh kok udah nolak? belum juga ditawarin." "Donna udah tahu arah pembicaraan mama, gak lain dan gak bukan selalu membahas pernikahan, bahkan seharian ini mama sudah berkali-kali bilang Donna sudah harus menikah." Aku

Dua

 Awalnya aku berfikir bahwa ciuman itu menandakan ikatan yang lebih dalam diantara kami, tapi ternyata aku salah. Itu hanya anganku yang terlalu tinggi. Lamanya hubungan tidak menjamin keseriusan seseorang. "Dari tadi kok di kamar aja? Udah makan? Kamu tinggal makan aja kok gak mau sih?" "Iya ma, ini Donna mau makan." "Kamu itu ngurus diri sendiri aja gak bisa gimana mau ngurus suami nanti?" Kalimat menyebalkan itu akhirnya keluar lagi. "Urus diri masing-masing aja ma, kan udah besar." "Mana bisa gitu, perempuan itu kodratnya melayani suami Na," ucap mama yang tidak mau kalah dariku. "Kodrat itu pemberian Tuhan ma, gak butuh rahim buat ambil makanan." "Sifat kamu yang sok feminis ini yang buat laki-laki jauhin kamu Na, ingat umur Na bukan saatnya lagi milih-milih, nanti jadi perawan tua baru tahu." "Beli bedak aja milih ma, mana yang cocok sama kulit wajah, masa pilih pasangan hidup yang bakal di liat tiap pagi

Satu

 Kulihat cermin untuk memastikan penampilanku untuk kesekian kalinya. Dress berwarna biru ini sangat cocok dengan warna kulitku yang cerah, Mas Raka tahu betul apa yang aku sukai. Di ulang tahunku kemarin, ia memberikanku dress cantik ini, aku sangat menyukainya. Menyukai apa yang diberikan dan si pemberinya juga. Sungguh bahagia sekali rasanya saat itu. Selalu ada kejutan setiap harinya dari dia, aku yakin dia memang untukku, semoga waktu cepat berlalu dan menyatukan ragaku dengan raganya. Hari ini aku akan bertemu dengan kekasihku, kami sudah menjalani hubungan sejak lima tahun lalu, dan merencanakan pernikahan di akhir tahun, aku sangat bahagia. Kilau dari benda yang melingkar di jari manisku ini adalah bukti bahwa aku memang sebahagia itu memilikinya. Benar sekali, aku sudah dilamar kekasihku di sebuah restoran di hari valentine, kurang romantis apa lagi calonku ini? Benar-benar idaman sekali. Ia  menyimpan cincin yang sangat indah itu di dalam sebuah kue kesukaanku, untung saja ti