Enam
Akhirnya setelah perjalanan panjang, aku sampai di tempat tinggalku yang baru. Sebuah rumah kos yang tidak besar dan juga tidak kecil, cukup untukku tinggal di dalamnya, bisa masak supaya lebih hemat dan banyak lagi yang bisa ditabung untuk masa depan yang tidak pasti.
Di sini, di rumah baruku ini aku ingin mengawali semuanya, memulai hari baru dengan lebih tenang dan damai dan tentunya lebih rapi dan bersihan. Ya aku memang bukan perempuan kebanyakan, sedikit malas bahkan hanya untuk melipat selimut, lemariku hanya rapi dalam satu minggu dan paling males kalau disuruh menyapu rumah. Tapi hari ini saat aku tiba di rumah ini, aku janji akan mengurangi semua kemalasan itu, sesuatu yang tidak baik akan diperbaiki mulai sekarang. Semoga semesta membantuku menjadi manusia lebih baik lagi.
Hari ini dan esok adalah waktu untukku mendekor rumah baru, rasanya seneng banget bisa punya ruang untuk mengekspresikan diri sendiri. Aku akan membuat kamarku dengan warna kesukaan, warna baru yang lagi trend, warna lilac, tidak perlu banyak ornamen tidak perlu karena aku sangat malas mengembalikan barang pada tempatnya lagi. Itu adalah cara supaya aku bisa lebih rapi, mengurangi barang-barang yang hanya ditujukan sebagai hiasan ruangan.
Isi lemari pakaian aku kurangi, hanya ada beberapa baju yang benar-benar aku pakai setiap hari, sisanya aku tinggal di rumah dan mulai sekarang tidak ada lagi belanja pakaian sehabis gajian. Prilakuku yang satu itu sungguh menguras saldo ATM ku. Tapi tenang saja ibu rekening, kamu tidak akan minus lagi mulai dari sekarang, aku janji.
Kayaknya aku terlalu bersemangat, baru sampai udah nyiapin beberapa barang dan tempat, kayaknya tubuhku butuh istirahat yang cukup.
Kurebahkan tubuhku, perlahan tapi pasti, mataku terpejam untuk beberapa saat.
***
“Hai Donna, udah lama kita gak ketemu, dan sekarang dipertemukan di negara yang sama lagi. Ada urusan apa ke Thailand?”
“Eh Mas Raka, iya aku ada urusan kerjaan di sini Mas, Mas sendiri ngapain di sini?”
“Aku tinggal di sini Donna.”
“Oh ya? Sejak kapan Mas?”
“Baru sebulan.”
Aku hanya mengangguk, entah kenapa pertemuan ini terasa sangat kuinginkan sejak dulu, aku rindu sekali dengan lelaki di sampingku sekarang.
Kami berjalan di pinggir pantai, Maya Pay punya pesonanya sendiri, pasir putih yang diantara tebing-tebing Karts sangat memanjakan mata, terlebih entah dari mana datangnya, Mas Raka menambah suasanya yang begitu romantis ini.
“Mas.”
“Ya Donna.”
“Kenapa panggil Donna?”
Mas Raka terlihat bingung dengan ucapanku.
“Kan biasanya panggil sayang,” Aku menatapnya dengan penuh harap.
“Ya karena Mas Raka udah gak sayang lagi sama kamu Donna, ingat dia itu milik aku sekarang,”ucap pria yang datang dan langsung memisahkanku dengan Mas Raka.
“Irham.”Aku tidak menyangka laki-laki ini kembali lagi mengangguk dengan Mas Raka.
Lihat apa yang dilakukannya sekarang? Tangannya sudah melingkar manja di pinggang Mas Raka.
“Lepasin tangan kamu dari Mas Raka, Irham!” sambil berusaha melepaskan tangan Irham.
“Eh cewek tua gak tau diri! Kamu itu udah dibuang sama Mas Raka,” kami bertengkar di pinggir pantai itu “Ingat Mas Raka itu milih aku bukan kamu Donna, jangan ganggu kami, pergi sana!” tubuhnya yang besar itu menolakku hingga aku terjatuh.
“Astaga,” nafasku berat, aku ternyata hanya mimpi buruk, buruk sekali.
“Apa? Ngerebutin Mas Raka? Ih enggak banget deh, batang suka batang.” Mimpi aneh yang menyebalkan. Tentu saja aku merasa jijik dengan itu semua, lebih baik jadi perawan tua daripada ngerebutin laki yang gak suka lawan jenisnya.
Aku akhirnya memutuskan untuk mandi, sejak tiba tadi aku belom mandi sama sekali. Tidak ada yang berisik minta perempuan ini untuk mandi sejak tadi, nikmatnya hidup sendiri tidak ada yang mengatur bahkan untuk mandi.
“Aku harus membersihkan tubuhku dan juga tanganku yang sudah dipegang oleh Irham sialan itu, eh tapi pantainya bagus banget deh tadi. Nabung deh buat jalan-jalan, kali aja bisa keliling dunia.”
Aku tertawa melihat keanehan di diriku sendiri dan juga mimpi gila tadi. Itu sungguh gila.
Setelah tubuhku bersih, tempat tidur ku juga bersih, aku akan makan malam. Aku tidak berselera untuk masak di malam hari, hanya menyeduh mie instan. Sebenarnya aku tidak terlalu suka mie instan, tapi di suasana mager seperti ini, mie instan adalah penyelamat semua orang di dunia. Emang mie instan udah ada diseluruh penjuru dunia? Entahlah aku tidak peduli juga sebenarnya.
Saat semua rasanya sudah dilakukan, waktunya rebahan dan meninjau dunia maya yang selama 24 jam terakhir tidak aku pantau.
Dunia maya ini entah mengapa di desain untuk memperlihatkan hanya sisi baik penggunanya. Kurasa karena manusia-manusia yang gagal di dunia nyata perlu tempat lain untuk menunjukkan keberhasilannya. Maksudnya hal-hal baik yang tidak orang lain tahu harus diperlihatkan supaya dunia tau bahwa hidupnya tidak semenyakitkan saat bertemu langsung.
Sama seperti diriku, kalau di dunia nyata orang-orang hanya melihatku sebagai perempuan 27 tahun yang gagal menikah karena lelakiku ternyata seorang gay, maka di dunia maya aku menunjukkan betapa bebasnya aku tanpa harus mengurus anak dan suami. Hanya ada aku dan diriku sendiri dalam kebahagiaan dunia maya.
Satu dua orang pamer harta yang dimilikinya, scroll lagi orang pamer pacar barunya, scroll lagi orang pamer kalau dia rajin membaca dengan berpose memperlihatkan buku berat yang ada di tangannya. Scroll lagi dan lagi akhirnya aku benar-benar tertidur dengan pulas tanpa bermimpi yang aneh lagi hingga pagi tiba. Sepertinya aku tau, mimpi buruk itu datang saat aku tertidur sebelum membersihkan tubuhku. Benar kata mama, setan akan ikut ke tempat tidurmu jika kakimu tidak lekas dibersihkan.
Comments
Post a Comment