Psikologi Bicara Pentingnya Bercerita
Jadi beberapa waktu lalu aku ada buat alasan aku menulis DI SINI . Sebagian besar alasan aku adalah karena memang gak semua orang bisa diajak cerita dan ngerti apa maksud dari cerita kita. Emang sepenting itu yaa bercerita? Iya dong bercerita itu malah penting banget.
Sebelum kita bahas kenapa pentingnya bercerita, aku mau ceritain dulu sebuah kisah di zaman dahulu yang perlu kita tau.
Cerita itu datang dari seorang feminis asal Austria-Yahudi bernama Bertha Pappenheim atau yang dikenal dunia sebagai Anna O yang mendirikan Liga Wanita Yahudi. Mungkin beberapa dari kalian pernah mendengar nama tersebut, karena nama Anna O memang terkenal dan sangat bersejarah terutama dibidang keilmuan psikologi.
Anna O merupakan pasien dari Freud dan Breuer yang mengidap penyakit cukup serius. Ia mengalami kelumpuhan pada bagian kanan tubuhnya, gangguan penglihatan atau buta, sering berhalusinasi, kehilangan kesadaran dan memiliki keinginan untuk bunuh diri. Anna O didiagnosis mengidap penyakit Hysteria.
Terus hubungannya Anna O dengan perlunya bercerita ini apa?
Karena Anna O yang memiliki kesulitan untuk hidup layaknya manusia normal ini dapat disembuhkan hanya dengan bercerita. Gak percaya?
Kasus Anna O ini tercantum dalam sebuah buku berjudul “Studien uber Hysterie” yang ditulis oleh Frued dan Breuer. Kasus ini yang menjadi asal muasal kajian mengenai Psikosnalisis, bahkan Freud sendiri yang dikatakan sebagai bapak psikoanalisis mengatakan bahwa Anna O adalah pendiri dari psikoanalisis yang sebenarnya.
Anna mengakui bahwa membicarakan permasalahannya, justru membantu melepaskan beban yang menggangguya selama ini.
Anna O melakukan terapi dengan menceritakan apa yang dia rasakan dan juga ia pikirkan kepada Breuer. Breuer mengatakan bahwa kelumpuhan tubuh Anna O disebabkan oleh perasaan takut yang begitu hebat, perasaan takut tersebut datang dari masa lalunya saat menjaga ayahnya yang sedang sakit.
Anna O sudah melakukan pengobatan apapun, tetapi hasilnya tidak sembuh, dan kesembuhannya mulai terasa ketika ia mejalani terapi “Talking Cure” atau yang kita sebut dengan bercerita tadi.
Nah dari kasus di atas kita bisa belajar bahwa bercerita juga bisa dijadikan sebagai obat untuk sebuah penyakit. Maka diri itu bercerita mengenai permasalahan memang sangat diperlukan, apalagi sudah berdampak pada kondisi tubuh secara fisik. Tidak semua orang memang bisa diajak bercerita, namun bukan berarti tidak ada satupun yang bisa jadi tempat bercerita.
Kalau kamu tidak mampu bercerita dengan para psikolog professional, maka kamu hanya perlu bercerita dengan salah satu orang yang kamu percaya. Cerita sama Tuhan emang perlu, tapi gak bisa dipungkiri juga bahwa bercerita dengan manusia memang sangat membantu.
Kalau kamu pengen cerita tapi gak punya teman cerita yang kamu percaya, kamu bisa kirim cerita kamu ke email aku yaa. Aku bukan psikolog memang, tapi aku bisa jadi teman cerita kamu.
Oke segitu aja dulu cerita kali ini, see you dicerita selanjutnya.
Comments
Post a Comment