Quarter Life Crisis

QURTER LIFE CRISIS


Beberapa hari yang lalu saya sempat scroll Instagram dan lihat beberapa teman yang mengunggah dirinya sedang berdiri dengan senyumnya yang manis, tampak kulitnya yang putih dan merah pada bibirnya serta pakaian yang ia kenakan begitu indah di pandang. Dia terlihat sangat anggun dan bahagia. Lewat story darinya kemudian tampak postingan teman lainnya yang sudah mempersiapkan diri di suatu perusahaan, bukan sudah bekerja tapi sudah ingin memulai pengalaman bekerja sebagai mahasiswa magang. Dia terlihat begitu pintar dan beruntung. Hufft sampai disini saya pindah ke whattsap dan jeng jeng jeng kembali tampak cerita kesuksesan seorang teman yang menunjukkan medali yang ia peroleh, kemudian teman lainnya yang memposting kegiatan anaknya yang sangat lucu dan kembali terlihat bahagia. Cerita selanjutnya masih di postingan teman yang menunjukkan keahliannya yang semakin terlihat, semakin bagus dan skill nya semakin terbentuk, dan sekarang dia menjadi punya keahlian. Dan liat pengumuman beasiswa, mereka tidak lagi membayar uang kuliah. Hmm saya sanagt iri dengan segala hal di atas.

Kemudian saya putuskan menutup handphone. Keesokam harinya saya melanjutkan bekerja, mengutip kopi di kebun kakek. Tiba-tiba seekor ulat hijau menyebalkan membangunkan saya dari lamunan mengenai postingan bahagia teman saya beberapa hari lalu. Sakit sekali rasanya terkena bulu ulat hijau tapi tampaknya tidak sebegitu pengaruh dengan pikiran saya yang belum move on dari postingan bahagia dan kesuksesan beberapa teman sebaya kemarin. Wah mereka sudah lebih cantik dari sebelumnya, wah dia sudah mulai memperbanyak pengalaman bekerja pasti nanti setelah lulus dimudahkan saat mencari kerja, wah keahliannya semakin berkembang pesat, tidak ada yang dikhawatirkan dikemudian hari dan mereka terlihat lebih hebat daripada sebelumnya, pikir saya saat itu. Akhirnya tarik nafas dan lanjut memikirkan masa depan saya yang tampaknya suram.

Quarter life crisis, tampaknya inilah fase yang sedang menyerang saya, perasaan gak punya tujuan, gak pernah berhasil, gak ngelakuin perubahan apapun, selalu gagal dan kehilangan harapan. Untuk menenangkan jiwa saya akhirnya saya memutuskan untuk cari tau lebih dalam mengenai fase ini.

Pada dasarnya quarter life crisis ini memang menyerang semua orang umumnya di usia 20-30 an, biasa juga disebut fase peralihan dari remaja menuju dewasa. Di fase ini kita sebagai anak muda mulai menyesuaikan dengan kehidupan yang sebenarnya, merasakan tekanan hidup dari beberapa faktor, mulai dari pendidikan, finansial, percintaan, ekspektasi orang-orang, keyakinan serta lingkungan pertemanan yang semakin menyempit. Yaa melihat ini saya jadi tau sebenernya saya tidak sendiri.

Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, terdapat 4 fase dalam quarter life crisis ini, yaitu:

1. Perasaan terjebak dalam satu situasi, entah itu pekerjaan, relasi atau hal lainnya.
2. Pikiran perubahan mungkin saja terjadi.
3. Periode membangun kembali hidup yang baru.
4. Fase mengukuhkan komitmen baru terkait ketertarikan, aspirasi dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.

Itulah fase yang harus saya lalui berikutnya. Sebelum melewati fase berikutnya saya ingin mereview kembali kehidupan saya, setelah mereview kembali hidup saya selama ini saya melihat sepertinya saya kurang komitmen dengan tujuan hidup yang sudah saya pegang sebelumnya, keyakinan saya seperti goyah setelah melihat sepertinya hanya saya yang memiliki purpose hidup seperti ini, kemudian saya tidak menjadikan passion saya sebagai hal yang bisa membantu saya dalam menjalani hidup saat ini. Terakhir tentunya perasaan iri dalam hati saya dan kurangnya rasa syukur yang membuat saya terjebak dalam fase ini. Dan hal-hal tersebut tampaknya harus saya perbaiki dengan cara:

  • Membangun kembali purpose hidup yang gak sekedar kulit luar, tetapi inti sebenarnya dalam kehidupan di dunia ini yang sudah tertera dalam Al-Qur’an yaitu “wa maa kholaqtul-jinna wal-insa illa liya’buduun” “aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”. (Q.S Az-Zariyat: 56). Tujuan hidup setiap manusia adalah untuk senantiasa beribadah kepada sang penciptanya.
  • Mencoba untuk mencintai segala pekerjaan saya, mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks sekalipun. Mencoba mencintai apa yang saya kerjakan akan membuat saya lebih mudah dalam menyelesaikan segala pekerjaan tersebut.
  • Mencoba membuang jauh-jauh sifat iri hati dan membangun rasa syukur terhadap nikmat yang telah Tuhan berikan, karena sebenarnya sangat banyak nikmat yang telah diberikan hingga saya tidak mampu menghitungnya (Q.S Ibrahim:34).


Dari hasil pencarian saya, ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mengatasi fase quarter life crisis ini, yaitu:

1. Menulis pencapain yang sudah dilalui.
Sekecil apapun pencapaian tersebut sangat berharga. Meski gak semua keinginan kita bisa tercapai, namun keberhasilan yang kecil tersebut mampu membuat kita lebih bersyukur dan percaya diri.

2. Mengingat semua orang yang kita sayang.
Jangan buat quarter life crisis ini menjadikan kita berlarut-larut dalam kesedihan. Ingat kita juga pernah bahagia dengan orang-orang yang kita sayangi dan berada disekitar orang-orang yang selalu mendukung kita akan menjadikan kita lebih bersemangat untuk melewati fase ini.

3. Mengontrol perasaan.
Semua perasaan itu berasal dari dalam diri kita sendiri, sebisa mungkin untuk mengontrolnya dengan mengingat bahwa tidak hanya kita yang berada dalam fase ini. Kita tidak sendiri. Hampir semua orang mengalami fase ini, hanya saja kadarnya yang berbeda.

4. Berhenti membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Media punya peran penting dalam kesehatan mental kita, lihat bagaimana awalnya saya merasa resah dengan kehidupan saya, yaitu dengan melihat keberhasilan orang lain di media sosial, padahal semua orang tentunya akan mengunggah segala hal yang baik, namun salahnya kita adalah membandingkannya dengan kegagalan kita. Padahal itu sangat tidak seimbang.

5. Bicara
Berbicaralah dengan orang yang kita percaya. Berbicaralah dengan Tuhan dan teman untuk membuat perasaan dalam dada lega.

6. Berhenti memikirkan “seharusnya saya”
Tidak ada yang perlu disesali, jangan habiskan waktu kita untuk merenungi tapi gunakanlah waktu yang tersisa untuk buat perubahan, untuk menemukan solusi dan memperbaiki segalanya.

7. Berani bermimpi.
Susun kembali mimpi yang sempat gagal atau tertunda untuk kembali memulai. Karena kegagalan yang sebenarnya adalah ketika kita berhenti mencoba.

8. Lakukan sedikit research tentang diri kita.
Lihatlah kekurangan dan kesalahan yang sudah terjadi di masa lalu untuk dapat menggali lebih dalam tentang diri kita sendiri dan akhirnya kita akan mampu menemukan lebih banyak lagi tentang diri kita.

Nah mungkin langkah-langkah di atas terlalu banyak atau terlalu rumit, maka mulailah dengan yang kita bisa, dan sedikit demi sedikit. Quarter life crisis ini hanyalah fase yang harus dan akan kita lewati, kapan waktunya itu tinggal bagaimana kita memulainya saja. Soo semoga ini membantu saya dan kalian semua yang membaca untuk bisa melewati fase ini dengan baik, semoga berhasil dan byeee sampai jumpa di lain cerita.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?