Virus Corona Menghilangkan Empati?
Virus Corona Menghilangkan Empati?
Sumber: Google
Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan virus mematikan dari Wuhan, China. Yups betul sekali virus Corona. Virus corona merupakan jenis penyakit zoonosis, yang menyebar dari hewan ke manusia. Nama Corona ini berasal dari bentuk virus itu sendiri yang menyerupai mahkota jika dilihat dari mikroskop elektron. Virus Corona adalah semacam virus flu yang diduga berasal dari sup kelelawar yang dijual di pasar Wuhan dan beberapa lagi menduga bahwa wabah virus ini terjadi karena adanya kebocoran dari labolatorium virus tercanggih Wuhan Institute of Virology, China. Ciri-ciri yang dialami pengidap virus ini adalah sakit di area tenggorokan, sakit kepala, hidung beringus, bersin, batuk dan demam.
Dilansir dari Kompas.Com sudah ada sebanyak 106 orang meninggal karena terjangkit virus Corona ini. Namun tidak hanya kehilangan nyawa virus Corona ini juga menghilangkan rasa empati pada masyarakat terutama di Indonesia. Kok bisa? Komentar di bawah ini adalah bukti bahwa sebagian warga Indonesia telah kehilangan empatinya sebagai manusia. Bagaimana tidak, virus ini menjadi ancaman bagi semua orang tidak terkecuali di Indonesia, namun warganya banyak sekali yang malah mencibir virus Corona ini merupakan azab yang memang pantas di dapatkan oleh orang China karena katanya orang China itu komunis, katanya virus ini disebabkan karena orang China telah menganiaya Muslim Uyghur. Masyarakat Indonesia sangat sangat menyukai teori Cocokologi sehingga semua hal disangkut pautkan setelah cocok disebarluaskan dan banyak yang menerima begitu saja tanpa menggunakan pikirannya yang kritis.
Memampus-mampuskan orang lain yang sedang menderita, padahal sesama manusia kita diajarkan oleh agama untuk saling mengasihi.
Terus hanya mendo’akan sesama muslim saja. Saya tidak mempermasalahkan hal ini, namun bukankah surat Al-Mumtahanah:8 sudah menjelaskan untuk kita berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kita dalam urusan agama? “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. Kan tidak semua orang China menganiaya muslim Uyghur, dan kebanyakan korban dari virus Corona ini adalah warga sipil. Apakah menjadi muslim lantas kita kehilangan sifat humanisasi? Apakah menjadi muslim kita menjadi orang-orang yang membedakan atas dasar agama? Nabi Muhammad SAW pernah dilempari kotoran oleh kaum Quraisy, lalu apakah kita pernah mendengar Nabi Muhammad SAW membalasnya dengan melempar kotoran itu balik? Islam itu indah tidak rasis.
Seriously? Apakah semua orang di China itu komunis? Gak berTuhan? Apakah semua orang di China menganiaya muslim Uyghur? Kalau memang orang selain muslim kena musibah itu karena azab dari Tuhan, lalu apa kabar Israel? Kok damai-damai aja? Kalau memang iya semua musibah itu karena azab, terus kok Las Vegas yang sudah mendunia untuk urusan perjudian tenang-tenang aja?
Saya ingin berkomentar mengenai hal ini sebagai manusia. Saya tidak tahu kenapa sebagian orang sangat membenci orang lain, suka memaki orang lain dan membanding-bandingkan orang lain padahal sejatinya kita makhluk sosial selalu butuh orang lain tapi seolah-olah kita bisa hidup sendiri, makan dan membuat serta mencari bahan makanan sendiri, membuat segala peralatan dan kebutuhan dengan tangan dan otak sendiri tanpa pernah memikirkan kontribusi orang lain terhadap hidup kita.
Coba bayangkan kalau kita ada di posisi mereka yang sedang khawatir tentang wabah virus ini yang bisa membunuh mereka kapanpun tanpa ada seorangpun yang tau, coba bayangkan kalau kita harus meninggalkan keluarga kita, istri yang baru kita nikahi, anak yang baru lahir mereka harus mengingat kematian kita karena terjangkit virus mematikan. Kemudian orang diluar sana terlihat senang dengan keadaan kita yang kekurangan bahan makanan dan tidak tau apakah akan mati karena virus, karena kekurangan makanan, atau karena depresi ditinggalkan banyak orang tercinta. Coba bayangkan semua itu terjadi pada kita dan mereka memampus-mampuskan hal tersebut bisa terjadi, mewajarkan semua hal, bahkan menertawakan kesusahan kita? Di mana rasa empati kita? Di mana sifat humanisasi kita? Apakah agama melarang kita untuk merasakan yang orang lain rasakan? Apakah Tuhan akan marah dengan kita jika kita merasa mereka sangat sedih dengan segala hal yang terjadi? Bukankah agama kita agama yang paling baik? jika iya apakah umatnya harus memaki umat lain?.
Sumber: Google
Akhir-akhir ini dunia dihebohkan dengan virus mematikan dari Wuhan, China. Yups betul sekali virus Corona. Virus corona merupakan jenis penyakit zoonosis, yang menyebar dari hewan ke manusia. Nama Corona ini berasal dari bentuk virus itu sendiri yang menyerupai mahkota jika dilihat dari mikroskop elektron. Virus Corona adalah semacam virus flu yang diduga berasal dari sup kelelawar yang dijual di pasar Wuhan dan beberapa lagi menduga bahwa wabah virus ini terjadi karena adanya kebocoran dari labolatorium virus tercanggih Wuhan Institute of Virology, China. Ciri-ciri yang dialami pengidap virus ini adalah sakit di area tenggorokan, sakit kepala, hidung beringus, bersin, batuk dan demam.
Dilansir dari Kompas.Com sudah ada sebanyak 106 orang meninggal karena terjangkit virus Corona ini. Namun tidak hanya kehilangan nyawa virus Corona ini juga menghilangkan rasa empati pada masyarakat terutama di Indonesia. Kok bisa? Komentar di bawah ini adalah bukti bahwa sebagian warga Indonesia telah kehilangan empatinya sebagai manusia. Bagaimana tidak, virus ini menjadi ancaman bagi semua orang tidak terkecuali di Indonesia, namun warganya banyak sekali yang malah mencibir virus Corona ini merupakan azab yang memang pantas di dapatkan oleh orang China karena katanya orang China itu komunis, katanya virus ini disebabkan karena orang China telah menganiaya Muslim Uyghur. Masyarakat Indonesia sangat sangat menyukai teori Cocokologi sehingga semua hal disangkut pautkan setelah cocok disebarluaskan dan banyak yang menerima begitu saja tanpa menggunakan pikirannya yang kritis.
Memampus-mampuskan orang lain yang sedang menderita, padahal sesama manusia kita diajarkan oleh agama untuk saling mengasihi.
Terus hanya mendo’akan sesama muslim saja. Saya tidak mempermasalahkan hal ini, namun bukankah surat Al-Mumtahanah:8 sudah menjelaskan untuk kita berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kita dalam urusan agama? “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”. Kan tidak semua orang China menganiaya muslim Uyghur, dan kebanyakan korban dari virus Corona ini adalah warga sipil. Apakah menjadi muslim lantas kita kehilangan sifat humanisasi? Apakah menjadi muslim kita menjadi orang-orang yang membedakan atas dasar agama? Nabi Muhammad SAW pernah dilempari kotoran oleh kaum Quraisy, lalu apakah kita pernah mendengar Nabi Muhammad SAW membalasnya dengan melempar kotoran itu balik? Islam itu indah tidak rasis.
Seriously? Apakah semua orang di China itu komunis? Gak berTuhan? Apakah semua orang di China menganiaya muslim Uyghur? Kalau memang orang selain muslim kena musibah itu karena azab dari Tuhan, lalu apa kabar Israel? Kok damai-damai aja? Kalau memang iya semua musibah itu karena azab, terus kok Las Vegas yang sudah mendunia untuk urusan perjudian tenang-tenang aja?
Saya ingin berkomentar mengenai hal ini sebagai manusia. Saya tidak tahu kenapa sebagian orang sangat membenci orang lain, suka memaki orang lain dan membanding-bandingkan orang lain padahal sejatinya kita makhluk sosial selalu butuh orang lain tapi seolah-olah kita bisa hidup sendiri, makan dan membuat serta mencari bahan makanan sendiri, membuat segala peralatan dan kebutuhan dengan tangan dan otak sendiri tanpa pernah memikirkan kontribusi orang lain terhadap hidup kita.
Coba bayangkan kalau kita ada di posisi mereka yang sedang khawatir tentang wabah virus ini yang bisa membunuh mereka kapanpun tanpa ada seorangpun yang tau, coba bayangkan kalau kita harus meninggalkan keluarga kita, istri yang baru kita nikahi, anak yang baru lahir mereka harus mengingat kematian kita karena terjangkit virus mematikan. Kemudian orang diluar sana terlihat senang dengan keadaan kita yang kekurangan bahan makanan dan tidak tau apakah akan mati karena virus, karena kekurangan makanan, atau karena depresi ditinggalkan banyak orang tercinta. Coba bayangkan semua itu terjadi pada kita dan mereka memampus-mampuskan hal tersebut bisa terjadi, mewajarkan semua hal, bahkan menertawakan kesusahan kita? Di mana rasa empati kita? Di mana sifat humanisasi kita? Apakah agama melarang kita untuk merasakan yang orang lain rasakan? Apakah Tuhan akan marah dengan kita jika kita merasa mereka sangat sedih dengan segala hal yang terjadi? Bukankah agama kita agama yang paling baik? jika iya apakah umatnya harus memaki umat lain?.
Comments
Post a Comment