Dear Ukhty
Tinggal di Aceh membuat kita sering sekali
melihat atau mendengar langsung ceramah-ceramah yang ditujukan untuk perempuan.
Kenapa perempuan? Ingat kita masih berada dalam negara yang menganut budaya
patriarki yang mengagungkan laki-laki dan menaggap bahwa laki-laki sudah banyak
yang sempurna dan baik, maka dari itu tidak sedikit penceramah yang gemar
membawakan tema mengenai perempuan.
Salah satu tema yang dibawakan adalah pada
surat An-Nur:26 yang berbunyi:
“Perempuan-perepuan
yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik
untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan
yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka
memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga)”.
Saya
tekankan sebelumnya bahwa saya tidak mengkritik atau menyalahkan ayat di atas.
Namun ada hal lain yang perlu dibahas yang berkaitan dengan surat tersebut.
Dimusim
hijrah saat ini banyak orang yang berbondong-bondong untuk belajar agama
dimanapun dan kapanpun. Ini adalah hal yang sangat baik karena berlomba-lomba
dalam kebaikan itu sangat dianjurkan bukan? Ada yang belajar langsung dengan
ustadz ada pula yang mendatangi kajian di masjid-masjid bahkan ada yang ingin
belajar banyak tapi sedikit modal yaitu dengan belajar di dunia maya, baik itu
video ceramah di youtube, postingan artis hijrah di Instagram dan media lainnya
yang dianggap memadai untuk bisa mencapai tujuan hijrah seseorang. Again ini adalah tindakan yang baik.
lalu apa yang perlu dibahas?
Yang
perlu dibahas bukan ayatnya, bukan ustadz-ustadzahnya melainkan pemahaman dan
juga prilaku para jamaah yang baru saja masuk dalam area hijrah tersebut.
Banyak
sekali yang salah dalam memahami tujuan dari ayat An-Nur:26 di atas. Kenapa?
Karena para Muslimah dan ukhty-ukhty tersebut malah menjadikan ayat-ayat itu
sebagai acuan hidupnya. Maksudnya apa? Maksudnya adalah ketika Muslimah
mendengar atau membaca ayat tersebut langsung mempraktekkan kebaikan dengan
tujuan hanya sebatas untuk mendapatkan
Ikhwan-ikhwan sholeh, suami idaman, dan pada intinya kebaikannya hanya
bertujuan untuk laki-laki saja. Ini jelas salah karena again kita gak bisa menggantungkan segala kebaikan hanya untuk
laki-laki, emang dia siapa? Kenapa kita harus berbuat baik untuk mendapatkan
dia? Dan sebenarnya orientasi atau tujuan dalam sebuah kebaikan adalah untuk
diri sendiri dan paling sempurnanya adalah untuk Tuhan bukan untuk mendapatkan
laki-laki.
Kemudian
yang kedua, ketika kita melakukan perbuatan baik seharusnya kita tidak
mengharapkan kebaikan orang lain untuk membalas tindakatan kita tersebut.
Misalnya Muslimah yang rajin sholat tahajud untuk mendapatkan jodohnya,
tindakan ini baik sangat baik malah, namun akan lebih baik lagi ketika dia sama sekali tidak mengharapkan
laki-laki yang meminangnya nanti adalah yang melakukan hal serupa dengannya.
Maksudnya lakukan semua kebaikan itu
jangan ada pamrih. Kita tidak perlu berharap akan dipertemukan dengan yang
seperti A B C dan yang lainnya gitu tetapi tujuannya adalah menjadi lebih baik
dari hari kemaren untuk diri sendiri dan juga Tuhan. Kalau dikasih baik kita
tetap bersyukur kalau tidak diberikan yang baik kita tidak kecewa karena tidak
ada harapan yang menyertai kebaikan tersebut.
Naturalnya
manusia emang selalu berharap, gak salah tapi seringnya setelah berharap
kemudian tidak dibarengi dengan pemahaman bahwa tidak semua harapan berjalan
dengan sesuai rencana, akhirnya yaa kecewa dengan ungkapan “aku itu udah baik sama dia, tapi kenapa dia seperti itu?” dan bla bla
bla lainnya.
“Dan laki-laki yang baik untuk
perempuan-perempuan yang baik (pula)” kalimat ini adalah acuan untuk kita mau itu laki-laki maupun
perempuan supaya bisa menjadi lebih baik untuk diri sendiri dan juga Tuhan. Ini
opini aku, kalau kamu gak setuju ya terserah, aku gak maksa, ada banyak warna
di dunia ini gak cuma hitam dan putih tapi ada kuning, ungu bahkan abu-abu. Dan
kita harus menghargai itu.
Menurut
aku kurang tepat aja ketika setelah mengetahui ayat tersebut kemudian langkah
yang dipilih adalah berbuat baik demi mendapatkan pasangan, karena hidup gak
melulu tentang cinta, masih ada orangtua yang makin berusia, masih ada keluarga
yang butuh suntikan dana, masih ada adik yang perlu dituntun untuk berdiri dan
berjalan, masih ada negara dengan segala permasalahannya. Tapi again aku tau gak semua orientasi hidup
atau tujuan hidup seseorang itu sama, mungkin mereka ada yang value hidupnya adalah membangun keluarga
dan sebagainya. Ini cuma pendapat yang bisa kamu pilih atau acuhkan.
Kamu
tau Asiyah? Salah satu dari 4 perempuan yang paling sering disebutkan kalau
sedang membahas mengenai perempuan. Disebut sebagai 4 perempuan penghuni surga,
perempuan terbaik sepanjang masa dan masih ada ungkapan lainnya yang
mencerminkan betapa berharganya perempuan-perempuan tersebut. Dia wanita baik,
penghuni surga dan sangat penyabar tetapi kenapa suaminya adalah Fira’un?
Karena
Ayat An-Nur:26 bukanlah satu-satunya ayat dalam Al-Qur’an yang membahas
mengenai sepasang kekasih atau keluarga, kamu bisa buka sendiri Al-Qur’annya
untuk mencari tau.
Asiyah
menjadi penyabar bukan untuk suaminya tetapi untuk mendapatkan ridha Allah,
Asiyah menjadi wanita Muslimah dengan sejuta kebaikan bukan untuk mendapatkan
laki-laki. Karena dia menyadari bahwa manusia itu perlu proses dan belajar
untuk terus memperbaiki diri sebelum menghadap sang Pencipta.
Baik ukhty
ReplyDelete