Ngomongin LGBTQIA di bulan juni



Bulan juni selalu rame sama bahasan kaum minoritas kayak LGBTQIA (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender, Queer, Interseksual, Aseksual) yang lagi hangat sekarang ini.

Kehangatan bahasan ini semakin memanas ketika banyak dukungan dari berbagai perusahaan besar seperti Unilever yang secara terang-terangan pada tanggal 18 Juni kemaren mengumumkan secara resmi dukungan mereka kepada kaum LGBTQIA lewat akun resmi instagramnya.



Tindakan Unilever ini mengakibatkan respon yang kurang baik dari netizen Indonesia yang katanya malah mau memboikot Unilever atas tindakannya tersebut. Yakin nih mau boikot Unilever?

Selain Unilever dukungan lainnya datang dari Instagram yang memberikan fitur-fitur terbarunya sebagai bentuk dukungan terhadap kaum minoritas tersebut.

Instagram memberikan ring serta tulisan yang berwarna pelangi sebagai bentuk dukungan mereka terhadap LGBTQIA. Lalu pertanyaan berikutnya adalah apakah yang mau boikot Unilever juga mau uninstall instagram?

Yang lebih lucunya lagi mereka mengkampanyekan ketidaksukaan mereka terhadap LGBTQIA lewat platform yang mendukung LGBTQIA.

Btw facebook dan whatsapp juga dukung LGBTQ+ loh. Bisa lihat emoticon yang mereka tampilkan. Mau uninstall juga?




Yaa meskipun kita tidak pernah tau seutuhnya dukungan tersebut memang pure mendukung atau hanya sebagai marketing pemasaran saja.

Ngomongin LGBTQIA dibulan Juni ini emang gak bisa lepas dari sejarah Pride Month tahun 1969 di New York. 

Dilansir dari IDN TIMES, Pride Month merupakan bulan yang digunakan sebagai pengingat para aktivis LGBTQIA di New York yang terlibat kerusuhan dengan polisi, tepatnya di The Stonewall Inn, Greenwich Village. 

The Stonewall Inn ini sendiri merupakan gay bar yang dijadikan sebagai tempat bersosialisasi komunitas LGBTQ+ tanpa harus merasakan perbedaan atau diskriminasi dari masyarakat setempat.

Kemudian untuk mengenang peristiwa dan perjuangan aktivis tersebut maka setiap bulan Juni akan ramai dengan parade atau hastag pride month di dunia maya.

Tujuan daripada parade ini tidak lain dan tidak bukan adalah sebagai bentuk usaha para pendukung LGBTQ+ untuk menghilangkan stigma negatif dan juga diskriminasi yang telah mereka alami selama bertahun-tahun.

Diskriminasi seperti apa? Banyak. Mulai dari kesulitan mencari pekerjaan, kesulitan dalam bersosialisasi dengan nyaman dilingkungan masyarakat. Belum lagi stigma bahwa LGBTQ+ ini adalah komunitas dan dapat menularkan 'penyakit' nya.

Padahal mau orang kaya atau miskin, mau hetero atau homo, mau minoritas atau mayoritas segala bentuk diskriminasi itu tetap salah. Toh nyatanya semua sama-sama manusia kan? 

Kalau diskriminasi ini dianggap sebagai sanksi sosial, apakah sanksi yang telah diterapkan bertahun-tahun ini sangat efektif dalam mengurangi atau bahkan menghilangkan komunitas LGBTQ+ sekarang? Nyatanya mereka makin banyak kan?

Kalau dari video-video pengakuan para transgender misalnya yang beredar di Youtube, mereka selalu mengaku bahwa kecendrungan mereka dalam berprilaku yang tidak sesuai dengan keadaan biologis mereka sudah ada sejak mereka lahir. Jadi bisa dibilang dong kalau LGBTQ+ itu tidak menular.

Kemudian juga kesalahpahaman orang-orang bahwa yang namanya transgender itu sudah pasti gay/lesbian.  Yang transgender sudah pasti transeksual. Padahal belum tentu.

Transgender adalah ketidaksesuaian identitas gender atau prilaku gendernya dengan keadaan biologis seseorang. Biasanya transgender disebut juga dengan transpuan dan transmen. Transgender yang melakukan operasi atau perubahan secara biologis bisa disebut dengan transeksual. Namun tidak semua transgenser itu transeksual. Tetapi transeksual sudah pasti transgender.

Sedangkan gay/lesbi/biseksual/aseksual/interseksual itu adalah orientasi seksual seseorang, atau kita bilang ketertarikan seseorang terhadap orang lain secara seksualnya. Entah itu menyukai sesama jenis (gay/lesbi) atau menyukai keduanya (biseksual) atau tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan hubungan seksual (aseksual) atau orientasi lainnya. Transgender ada yang orientasi seksualnya berbeda ada juga yang sama. Jadi transgender tidak selalu gay/lesbi.

Nah untuk beberapa orang yang mendukung LGBTQIA ini mereka menganggap bahwa hak seorang individu untuk tetap hidup nyaman dibumi harus tetap dipertahankan, tidak peduli apapun orientasi seseorang atau gendernya. Semua orang harus diperlakukan selayaknya manusia pada umumnya. Jadi menurut mereka orientasi/gender seseorang bukan menjadi alasan sebagai pembenaran diskriminasi bahkan kriminalisasi. 

Contoh diskriminasi terhadap kaum LGBTQ+ sering sekali terjadi. Seperti prank memberi makanan kepada transpuan yang ternyata isinya adalah sampah, pembakaran hidup-hidup seorang transpuan bernama Mira dan kasus lainnya yang dilakukan hanya karena mereka LGBTQ+.

Kalau yang kontra dengan LGBTQ+ ini yaa mayoritas karena agama mereka melarang hal tersebut, atau sebagai penularan HIV/AIDS. 

Padahal penularan HIV/AIDS ini disebabkan oleh Prilaku seksual yang tidak sehat seperti tidak menggunakan kondom dan lainnya. Jadi penyebabnya bukan orientasi seksual seseorang tetapi prilaku seksual seseorang.  

Kemudian juga timbul narasi seperti "kalok LGBTQ+ dilegalkan, suatu saat nanti tidak akan ada lagi keturunan yang akan melanjutkan kehidupan manusia di bumi". Again yaa LGBTQ+ ini bukan cuma singkatan dari gay dan lesbi, masih ada biseksual dan juga transgender yang masih hetero. Lagian apa iya setelah LGBTQ+ ini dilegalkan langsung semua orang jadi suka sesama jenis? Yakan lucu yaa. Makanya kita perlu balik lagi ke definisi LGBTQ+ itu apa.

Pro dan kontra terhadap LGBTQ+ ini memang menjadi paradoks tersendiri bagi setiap individu. Terutama di Indonesia.

Semua orang menyetujui bahwa agama merupakan aturan mutlak dari Tuhan yang tidak bisa ditawar-tawar. Tetapi memperlakukan seseorang dengan cara mengdiskriminasi atau bahkan mengkriminalisasinya juga merupakan tindakan yang dilarang Tuhan. Apalagi menyebarkan kebencian, sungguh Tuhan manapun selalu mengajarkan belas kasih kepada sesama.

Banyak yang mengatakan bahwa diskriminasi tersebut ditujukan supaya menjadi sanksi sosial bagi para komunitas LGBTQ+. Namun sayangnya hal tersebut tidak menjadi tindakan yang dipandang baik.

Ketika seseorang ingin mengusir para LGBTQ+ ini juga tidak menjamin tidak akan datang lagi LGBTQ+ lainnya. Atau bahkan tidak semuanya bisa diusir karena banyak yang masih malu-malu menunjukkan orientasi seksualnya.

Yang pro sama LGBTQ+ juga harus mendengarkan orang-orang yang kontra. Mulai dengan diskusi yang sehat, berikan pemahaman yang halus dan jangan langsung ngejudge bahwa mereka yang kontra sangat close minded dan lain sebagainya. Toh banyak sebenernya yang gaktau apa yang diperjuangkan dan apa yang dikhawatirkan.

Kalau misalnya kurang setuju dengan kaum minoritas ini ada baiknya mulai dengan berteman dengan kaum ini. Dari sini kita bisa memahami lebih dalam mengapa mereka berbeda.

Cara kedua adalah belajar, mulai dari baca-baca jurnal, liat video dokumentasi atau wawancara dengan para LGBTQ+. Bukankah ayat pertama yang diturunkan dalam Al-Qur'an adalah "bacalah". Selain baca Al-Qur'an dan Hadits juga perlu membaca literasi dari segi sains dan ilmu pengetahuan lainnya.

Nah dengan cara ini kita bisa lebih mengerti mengapa mereka berbeda, mengerti kenapa kecendrungan tersebut ada sejak lahir seperti pengetahuan dasar kromosom yang berbeda setiap individunya dan mengerti cara terbaik untuk mengatakan hal yang ingin diluruskan.

Jangan cuma menolak LGBTQ+ hanya karena sejak dulu orang-orang menolak dan taunya cuma Tuhan mengazab kaum nabi Luth. Tapi coba pelajari lebih dalam.

Btw kalau kalian mau lihat video kehidupan transpuan bisa liat video dokumentasi "Perempuan tanpa Vagina" atau video wawancara di channel youtubenya "Menjadi Manusia". 




Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?