Potongan Rambut Perempuan yang Dipermasalahkan
Olimpiade Tokyo 2020 pernah ramai dengan masalah potongan rambut salah satu atlet putrinya. Masalah ini dianggap cukup berat bagi beberapa kalangan khususnya oppa oppa Korea, sehingga torehan 3 medali emas pun tidak dapat dilihat sebagai suatu prestasi yang perlu dibanggakan.
Permasalahan yang muncul dan panas di media seharusnya jika ada penggelapan dana, kecurangan wasit dalam memimpin pertandingan, adanya cedera yang tidak ditangani dengan tepat misalnya. Itu baru masalah berat yang bisa diperbincangkan dengan serius, ini masalahnya hanya soal potongan rambut perempuan. Sungguh seperti tidak ada sorotan yang lebih penting saja.
Tapi memang sejak dulu permasalahan perempuan tidak pernah sesederhana itu, terlebih perempuan dengan tampilan fisiknya merupakan bahan omongan yang sangat melekat di masyarakat.
Buktinya saja kalau perempuan sudah lama tidak bertemu dengan temannya, kalimat pertama yang keluar adalah “Eh makin kurusan/ gemukan sekarang ya,” “Ih mukanya sekarang kok jerawatan sih?” atau “Cantik banget sekarang.” Sejak dulu sampai sekarang bahkan perempuan dengan penampilannya tidak pernah terlepas. Tidak hanya dari kaumnya sendiri, obrolan laki-laki saat membicarakan perempuan juga tidak pernah lepas dari fisik dan penampilannya, seperti kesan pertama laki-laki terhadap perempuan “Ceweknya cantik gak?” Bodo amat mau pinter kek, sopan kek, mau sudah menyumbangkan 3 medali emas sekalipun kalau perempuan jauh dari standar kecantikan yang sudah diagungkan, perempuan bisa tidak menerima penghargaan apapun, termasuk memiliki rambut pendek.
Hanya karena kebanyakan perempuan berambut panjang, bukan berarti diwajibkan bagi perempuan untuk berambut panjang juga, toh Tuhan menciptakan rambut setiap manusia untuk dijaga dan dirawat bukan untuk diatur supaya menyenangkan hati para laki-laki.
Ada baiknya kalau laki-laki yang berkomentar perihal rambut An San itu memperdulikan bagaimana bentuk rambutnya sendiri, biar rambut masing-masing jadi tanggung jawab dan pilihan yang punya rambut saja.
An San sebagai atlet panahan asal Korea Selatan dianggap mendukung gerakan feminis yang dilihat dari simbol rambut pendeknya. Padahal ia sudah mengatakan bahwa alasannya memotong rambut sependek itu adalah karena merasa nyaman dan menjelaskan secara singkat perihal gerakan feminis tersebut.
Bahkan alasan yang dia katakan tidak cukup membuat oppa Korea itu berhenti membullynya. Padahal banyak laki-laki yang suka perempuan menggunakan rok pendek, tapi kenapa kalau rambut pendek malah jadi sangat anti? Ternyata tidak semua yang pendek-pendek disukai laki-laki.
Memang apa salahnya gerakan feminis? Toh para feminis tidak pernah membenci laki-laki, tapi sepertinya banyak laki-laki yang kurang menyukai gerakan ini, entah apa alasannya namun yang pasti mereka enggan untuk mencari tahu tentang gerakan feminis lebih dalam dan hanya tau dari “katanya” saja. Para feminis hanya memperjuangkan keadilan yang selama ini belum mereka dapatkan, bukan mau menggantikan posisi laki-laki di semua tempat. Jadi jangan takut diusir feminis, karena bukan itu tujuannya.
Ternyata laki-laki asal negara gingseng itu juga tidak semanis seperti drama yang kita tonton selama ini. Ujaran seksis yang seharusnya tidak diucapkan itu tetap tidak bisa dihindarkan hanya karena An San sebagai perempuan keluar dari standar kecantikan yang ada di negaranya.
An San bukan satu-satunya perempuan yang suka dengan potongan rambut pendek, banyak atlet perempuan yang memutuskan untuk memotong pendek rambutnya seperti Apriyani Rahayu dan Liliyana Natsir, performa mereka tidak bisa diragukan hanya karena berambut pendek.
Rambut pendek yang dipilih perempuan-perempuan itu karena dianggap nyaman, terlebih saat melakukan olahraga, tidak ada rambut yang nempel di leher karena keringat atau menganggu pemandangan karena tertiup angin kencang saat berolahraga.
Rambut pendek juga memberikan perempuan waktu yang singkat untuk bisa berdandan lebih cepat saat kencan, tidak perlu waktu lama untuk mengeringkan rambut dan catokan. Bukankah laki-laki juga kesal saat perempuan berdandan dengan cukup lama? Kenapa makin kesini narasi perempuan selalu benar seperti mitos saja.
Seharusnya pandangan terhadap perempuan tidak sebatas pada apa yang terlihat dari fisik dan penampilannya saja. 3 medali emas semestinya bisa jadi bahan perbincangan yang lebih penting daripada sekedar potongan rambut. Bagaimana membentuk kebiasaan berolahraga, bagaimana caranya supaya anak panah itu bisa mengenai target dengan sempurna dan pertanyaan lain yang bisa menambah wawasan dari atlet pemanah yang hebat ini, bukan malah menyudutkan An San karena rambut pendeknya.
Rambut pendek An San dan perempuan lain di luar sana tidak akan menganggu keberlangsungan hidup laki-laki, apalagi mengganggu kestabilan dunia. Potongan rambut itu hanyalah bentuk usaha perempuan untuk tetap merasa nyaman terhadap tubuhnya sendiri, dan perempuan tidak perlu merasa cemas dengan pandangan laki-laki seperti itu, karena perempuan harus percaya pada pilihannya sendiri.
Comments
Post a Comment