Lebih Baik?

Sepasang pengantin yang sedang berbahagia duduk manis dipelaminan menunggu sumbangan tetangga yang datang.



Tiba-tiba terdengar suara celotehan seorang pengunjung. Suaranya yang keras mengagetkan orang-orang yang mendengarnya. Kira-kira seperti ini.

Si Mawar : Loh kok tinggian pengantin perempuannya?

Si Polan : plaaakk. (Suara pukulan keras mendarat dibahu Si Mawar). Cangkeme (bahasa jawa yang artinya "mulutnya").

Si Mawar : loh kenapa? Kan lebih baik ngomong di depan daripada di belakang.

Si Polan : mau di depan atau dibelakang harus jaga perasaan orang lain.

Kemudian semuanya senyap. Entahlah karena sulit membuka kembali guyonan sebelum kalimat "lebih baik" itu atau karena semua orang sedang berfikir apa yang dikatakan Si Polan?

Memang benar adanya kalimat Si Polan tersebut. Seringnya kita menyembunyikan kesalahan kita dengan memperlihatkan kesalahan orang lain atau kesalahan yang lebih besar/buruk dari kesalahan kita.

Seperti perkataan Si Mawar yang menganggap bahwa ketika dia mengucapkan kalimat tersebut, adalah sesuatu yang tidak salah dan pantas untuk diucapkan secara langsung daripada bergosip ria dibelakang nantinya. Padahal mau itu di belakang atau di depan merendahkan fisik orang lain tetaplah tidak baik. Namun tampaknya kalimat "lebih baik" itu digunakan sebagai bentuk pembelaan diri seorang Mawar.

Tentunya kita juga sering mendengar kalimat serupa. Misalnya aja saat berbincang dengan seorang teman, tentu kita tidak asing lagi dengan kalimat seperti berikut ini.

"Mending aku kan blak-blakan, suka ngomong kasar kayak b*ngsat, *njing dll. Daripada dia diam-diam menghanyutkan"

Loh mau diam-diam menghanyutkan atau bicara kasar dua-duanya sama-sama tidak ada yang lebih baik. Semuanya buruk dan butuh dirubah. Tapi seringnya kita menyetujui narasi tersebut.

Contoh lainnya yang sering kita dengar nih "halah cantik aja karena pake filter, karena pake pemutih, mending aku alami meski kecoklat-coklatan"

Mau putih atau hitam kedua-duanya tetap menjadi pribadi yang baik apabila tidak saling menghina satu sama lain.

"Aku tu cuma bohong, dia tu yang mencuri"

"Halah kamupun suka menggosip, sok-sok bilangin orang"

Dan kalimat lainnya yang ditujukan untuk menyembunyikan sebuah kesalahan. Padahal kesalahan hanya butuh maaf dan perubahan. Tidak ada yang buruk kalau melakukan kesalahan asal dibarengi dengan kata maaf dan kesadaran untuk tidak mengulanginya lagi.

Tapi sangat disayangkan manusia malah senang bergumul dengan kesalahan tersebut. Dan memvalidasinya dengan kalimat lain yang sebenarnya tidak lebih baik daripada kalimat yang digunakan sebelumnya.

Seharusnya kita sesama manusia saling mendukung untuk tetap memperbaiki kesalahan serta kekeliruan yang ada, bukan malah menutupi kesalahan sendiri dengan kesalahan orang lain.

Kalau kita sadar telah menyakiti, merendahkan atau melakukan sebuah kesalahan seharusnya kita ucapkan kata maaf untuk meredakan situasi. Kemudian jelaskan mengapa kita bisa melakukan hal tersebut. Karena seringnya kesalahan itu tidak disengaja, entah itu kepepet atau memang tidak tau bahwa hal itu salah.

Setelah ucapan maaf itu, maka selanjutnya adalah merenungi kesalahan tersebut. Kenapa itu salah dan bagaimana cara memperbaikinya.

Lalu ingatlah untuk merubahnya atau tidak mengulanginya.

Nah hal ini yang seharusnya kita lakukan setelah merendahkan atau melukai orang lain. Bukan malah mencari-cari kesalahan orang lain untuk menutupi kesalahan diri sendiri. Ayo belajar untuk menjadi manusia seutuhnya yang memiliki rasa empati.

See you

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?