Bicarain Ekspektasi

 Saya pernah tulis di sini bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan kita harus menurunkan ekspektasi kita tentang apapun. Salah satunya adalah ekspektasi tentang seseorang yang menjalankan perannya. 

Beberapa orang kecewa dengan orang tuanya, karena mereka berharap orang tuanya hidup seperti keluarga bahagia di luar atau media masa. Seperti keluarga yang punya satu orang ibu, satu orang ayah, adik atau kakak dan itu adalah kesempurnaan dalam keluarga. 

Gak melihat bahwa seorang ibu aja sebenarnya wajar, seorang ayah saja wajar dan tidak memiliki keduanya juga wajar. 

Wajar yang saya maksud disini adalah bahwa semua itu ada dan tidak langka. Itulah variannya. Bahwa ada keluarga yang tanpa ibu, tanpa ayah, tanpa anak, tanpa orang tua. Itu semua ada di belahan dunia kita dan lumayan banyak kalau kita bisa melihat dunia lebih luas lagi. 

Dunia menceritakan kepada kita bahwa ibu adalah sosok yang memberikan pelukan hangat dan kasih sayang yang luar biasa melebihi siapapun. 

Tapi dunia tidak bercerita bahwa ada loh ibu yang memberikan kasih sayangnya dengan cara yang berbeda. Dan dunia juga tidak bilang bahwa tidak semua ibu menyayangi anaknya, mengingat anaknya, menjadi isteri yang penurut dan lain-lainnya. 

Sehingga ketika kita melihat ada seorang ibu yang tidak mencari anaknya, tidak mementingkan anaknya dan tidak seperti pada cerita dunia pada kita. Kita akhirnya merasa bahwa ibu yang berbeda adalah salah, dan hal itu membuat kita tidak bahagia. 

BACA JUGA Istirahat

Ketika ibumu membuangmu misalnya, itu bukan berarti bahagiamu juga tidak ada. Sedih boleh tapi yang jangan adalah menjadikan "ibu yang membuangmu" Adalah sesuatu yang akan terus dan selalu mematahkan bahagiamu. 

Pun begitu dengan peran ayah ya g tidak dijalankan oleh ayahmu, peran kakak dan adik yang tidak sesuai cerita dunia. Suami yang ternyata tidak se sholeh saat di dunia maya, isteri yang tidak bisa solehot, teman yang ternyata menipis, tidak baik dan setia, nilai kuliah yang tidak sebaik yang kamu kira, dan semua ekspektasi baikmu tentang banyak hal. Kamu boleh bersedih karena itu, tapi bukan berarti bahagiamu berada di sana. 

Bahagia setiap orang ada pada jiwanya. 

Jiwanya yang seperti apa? 

Jiwanya yang selalu lapang dengan keadaan. Meski saat ini belum, namun tetap menyadari bahwa kita memang harus melapangkan dada. 

Jiwa yang selalu penuh dengan kesabaran. 

Ibu saya pernah bilang, kalau sabarmu habis, isi lagi, tuang lagi, tambah lagi. Karena kalau kesabaran ada batasnya, lampaui kesabaran itu hingga kamu mengerti bahwa kesabaran itu sangat luas batasannya. 

Orang-orang yang berbahagia adalah mereka yang sudah menerima dan mengikhlaskan masa lalunya terjadi. Meskipun itu adalah buruk, meskipun itu adalah pilihan yang salah. 

Jangan berekspektasi bahwa masa lalumu bisa berubah dan berhenti di sana. 

Orang-orang yang berbahagia adalah mereka yang fokus pada hari ini dan tetap merencanakan hari esok. 

Jangan berekspektasi seolah-olah kamu berada dan mampu menggapai masa depan kalau untuk hari ini kamu tidak menikmatinya. 

Semoga kita tetap bisa menurunkan ekspektasi kita tentang semua hal yang terjadi, dan menggantungkan kebahagiaan pada pilihan kita yang tetap pada jalan yang diberikan Tuhan. 

Kita memang diharuskan berprasangka baik, tapi bukan berarti berprasangka secara berlebihan. 

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?