The Great Depression: Sejarah Kelam Perekonomian Dunia

Sampai hari ini, perekonomian dunia masih terus berusaha keluar dari tekanan oleh pandemi covid-19 pada bidang perekonomiannya, tak ayal akibat pandemi yang berkepanjangan ini menyebabkan perekonomian di dunia mengalami keterpurukan. Bahkan musibah ini sampai mengena ke sektor-sektor fundamental masyarakat seperti hilangnya pekerjaan, pemecatan kerja, kebangkrutan usaha hingga peningkatan jumlah masyarakat miskin. Pandemi yang berkepanjangan ini menyebabkan negara-negara harus mengatur siasat agar dapat mengatasi dua permasalahan besar yang terjadi secara bersama-sama, disatu sisi pemerintah harus segera dapat mengendalikan tingkat persebaran virus covid-19 namun disisi lain pemerintah juga harus mengatur strategi agar impact pada sisi perekonomian juga dapat dikendalikan. 

Walaupun begitu, pembatasan sosial dan interaksi yang diterapkan tetap saja menyebabkan banyak sektor usaha kelimpungan dan pada akhirnya berimbas buruk terhadap jalannya perekonomian yang pada akhirnya negara-negara jatuh kedalam keadaan krisis. Berbicara tentang krisis ekonomi, dalam sejarahnya dunia sebenarnya telah beberapa kali dilanda krisis misalnya saja krisis finansial global 2008. Namun tahukah kamu bahwa krisis ekonomi terparah yang pernah terjadi adalah pada tahun 1929? peristiwa ini dinamakan sebagai The Great Deprsessions.

Baca Juga Sosial Media Sumber Kecemasan

 Periode 1920 an adalah periode keemasan bagi perekonomian Amerika Serikat, Pada masa itu pertumbuhan ekonomi meningkat pesat dan taraf hidup masyarakat juga meningkat. Karena taraf hidup masyarakat yang meningkat menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memiliki rumah sehingga pada masa itu program Kredit Perumahan Rakyat (KPR) juga mulai digencarkan, tak hanya itu pada masa itu kesadaran masyarakat akan kebutuhan investasi juga mulai bertumbuh. Sayangnya, Hal inilah yang menjadi titik balik bagi masyarakat di Amerika Serikat pada masa itu. Penyebabnya tak lain dan tak bukan adalah kebiasaan baru yakni berhutang, sayangnya utang yang di lakukan bukan dilakukan untuk hal-hal yang produktif melainkan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan gengsi dan standar hidup yang tinggi. Buruknya lagi kebiasaan berhutang ini dilakukan untuk melakukan kegiatan investasi saham dengan kata lain pada masa itu masyarakat melakukan kegiatan investasi menggunakan uang "panas". 

 Menurut sejarahnya, saking tingginya permintaan akan saham di bursa saham Amerika pada masa itu sampai-sampai meningkatkan harga saham sampai berkali-kali lipat bahkan konon harganya hingga melampaui nilai intrinsik dari saham perusahaannya. Bayangkan saja, peningkatan harga saham di Amerika Serikat pada masa itu tercatat di bursa saham mengalami peningkatan hingga 500%. Nah, Hal inilah yang menyebabkan orang-orang berlomba-lomba untuk melakukan investasi saham dengan cara apapun termasuk salah satu caranya dengan berhutang di bank, karna ada anggapan bahwa hasil yang didapatkan dari investasi ini pasti akan mampu menutupi hutang mereka di bank. 

Baca Juga Inflasi Itu Apa Sih?

Disisi lain pihak bank yang juga selaku penyedia dana juga terpaksa menggunakan dana nasabah untuk menanamkan modalnya di saham-saham yang pada masa itu sekiranya akan sangat menguntungkan. Sayangnya, kelebihannya nilai atau harga saham dari sebuah perusahaan adalah sesuatu yang tidak normal permainan ini dinamakan sebagai Buble Saham yaitu suatu fenomena yang terjadi di saat harga sebuah saham sudah melewati batas dari nilai intrinsik  dan kewajaran dari perusahaannya. 

Sampai pada akhirnya para investor sadar akan keadaan tidak normal ini hingga menyebabkan mereka pun berbondong-bondong menjual sahamnya dengan jumlah yang sangat besar. Hal ini pun menyebabkan harga saham di bursa wall street anjlok tajam pada tanggal 24 Oktober 1929, penjualan saham oleh investor secara besar-besaran ini pun menyebabkan kepanikan besar dikalangan investor lain di masa itu, dalam sejarah perekonomian hari itu dinamakan sebagai The Black Thursday. Keadaan ini terus terjadi sampai pada 5 hari kemudian tepatnya di tanggal 28 dan 29 Oktober 1929, bursa saham Amerika kembali dikejutkan dengan semakin terpuruknya posisi harga saham hingga di level 12%. Nah dari sinilah dimulai semua mimpi buruk perekonomian Amerika dan dunia dimulai, keadaan dimana permasalahan ini menyebabkan efek berantai bagi dunia bisnis dan keuangan Amerika hingga Eropa sampai 1 dekade kedepan. 

Para investor yang menanamkan modalnya yang didapatkan dari hutang ke bank harus menelan kerugian besar akibat jatuhnya harga saham di bursa wall street sekaligus mereka harus terlibat hutang yang sangat besar kepada pihak bank. Di sisi lain pihak bank sendiri yang juga menanamkan modalnya yang didapatkan dari uang nasabah harus menderita kerugian yang sangat besar, akibatnya para nasabah dari bank tersebut tidak bisa mengembalikan dana nasabah yang tersimpan. Hal ini menyebabkan banyak bank-bank pada masa itu bangkrut hingga harus menutup operasional banknya. 

Bobroknya perekonomian pada masa itu menyebabkan Resesi ekonomi yang sangat parah di Amerika Serikat dimana tingkat kemiskinan meningkat, deflasi besar-besaran, hingga tingkat pengangguran yang sangat tinggi hingga 25%. Bayangkan saja dalam setiap 4 orang di Amerika Serikat 1 diantaranya tidak memiliki pekerjaan. Selain itu, deflasi spiral yang terjadi di Amerika Serikat juga memberikan imbas fatal terhadap sendi perekonomian fundamental disana, pengangguran meningkat pengusaha bangkrut hingga petani merugi karena hasil panen sama sekali tidak memiliki harga akibat deflasi besar-besaran dan terjadi secara terus-menerus, hal ini membuat para petani pada masa itu tidak memiliki lagi alasan untuk berproduksi. Menurut kisahnya, para petani pada masa itu lebih memilih untuk mengambil sendiri hasil panen mereka atau paling tidak membagikan seadanya, yang paling barat adalah para petani pada masa itu terpaksa memusnahkan lahan pertanian mereka pada masa itu akibat biaya distribusi lebih mahal dari harga jual hasil panennya. Akibatnya bencana kelaparan melanda daerah daerah perkotaan karena pasokan makanan menipis. Sejarah mengatakan peristiwa The great Depressions adalah bencana ekonomi terbesar sepanjang abad 20 bahkan sepanjang sejarah umat manusia. Imbas dari bencana ini tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, mainkan juga merambat ke wilayah-wilayah khususnya negara-negara di Eropa mengingat Pada masa itu banyak negara-negara Eropa yang juga bergantung kepada Amerika Serikat.

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?