Sosial Media Sumber Kecemasan?

 Hai semua udah lama yaa gak cerita bareng. Yaa walaupun saya yang cerita kalian yang membaca. Tapi kan apa yang saya ceritakan juga tentang kita. Hehe

Diawal bulan ini saya mau cerita tentang sosial media. 

Sumber : Pinterest

Sebelumnya saya mau tanya dulu nih sama kalian semua, karena pertanyaannya lebih dari satu saya buat poin yaa. Ayo kita mulai. 

1. Adakah seseorang yang kalian mute atau senyapkan di media sosial? 

2. Adakah orang-orang yang kalian ikuti dengan rutin kegiatannya di media sosial? 

3. Punya akun fake gak? 

4. Apa yang didapat dari mantengin sosial media? 

5. Berapa lama sih ada di dunia maya? 

6. Semua kegiatan itu normal gak yaa? 

Kalian udah jawab di hati? Jawab di kolom komentar juga bisa yaa. 

Begini teman, 6 pertanyaan di atas benar-benar mengganggu saya dalam bersosial media. Kayak misalnya pertanyaan nomer 1, semengganggunya orang lain yaa buat saya sampai saya harus tidak melihat ceritanya di sosial media? Apakah karna story dia yang gak penting, mengganggu bahkan toxic, atau sayanya aja nih yang baperan? Yang ribet? Yang gak bisa menerima keberagaman dunia maya? 

Sebenarnya yang bermasalah itu saya atau cerita teman-teman di media sosial? 

Sebenarnya mute cerita orang lain itu gak papa, karena kita punya kontrol terhadap apa yang harus kita lihat. Misalnya kita gak suka nih sama orang-orang yang suka curhat di media sosial, atau nyindir yaa gak papa juga di mute, daripada cari masalah sendiri yakan. 

Tapi yang harus dilihat juga apakah kita mute orang tersebut karena prilakunya yang menurut kita kurang sesuai dengan value kita atau jangan-jangan kita mute karena kita yang iri, cemburu, gak terima dengan pencapaiannya? Mute orang lain karena takut insecure? Nah kalau ini masalahnya, saya rasa yang diperbaiki bukanlah pengaturan media sosialnya, tapi yang diperbaiki adalah hati dan pikiran kita. 

Maksudku jangan sampai kita mute seseorang itu karna punya penyakit hati, kalau di mute buat kita lebih bisa menyembuhkan penyakit hati gak papa tapi jangan di mute karna kita benci dengan orang tersebut. Yaudah gak usah follow atau biarkan saja dia bersosial media dengan ria tanpa ada perasaan aneh di hati kita. 

Oke, yang kedua, ada gak sih orang yang kita ikutin rutin di media sosial? Influencer atau pacarnya mantan malah? 

Kalau yang kita ikutin ini jadi pedoman buat hidup lebih baik sih oke oke aja, tapi gimana kalau yang kita ikutin ini malah mempengaruhi hal buruk di hidup kita. 

Misalnya aja bela-belain buat akun fake supaya bisa kepoin mantan, atau pacaranya mantan, atau temen yang udah gak akur lagi. Intinya buat stalking orang-orang yang berpotensi mempermainkan emosional kita. 

Yang benar saja? Menghabiskan kuota internet dan waktu untuk melihat kebahagiaan orang lain yang kemudian membandingkannya dengan kita. Iya kalau setelahnya memperbaiki diri, kalau malah menyalahkan Tuhan, keadaan, semesta dan lain-lainnya gimana? 

Sengaja stalking tentang someone nya mantan terus celetuk gini "halah cantiknya karena efek" "Halah kaya juga uang bapaknya". Ngabis-ngabisin energi cuma buat nambahin dosa karena julidin orang lain. Ini penting banget yaa? Enggak kan. 

BACA JUGA Perihak Cantik

Lebih parahnya lagi kalau dengan mengikuti seseorang kita malah membenci diri sendiri. 

" Iya, dia kan lebih banyak followersnya" "Kok aku gak kayak dia yaa?" Dan hal lainnya yang akhirnya mengutuk diri kita sendiri. Ini lebih dari gak penting. 

Oh iya ada lagi kegiatan bersosial media yang akhirnya menyakiti orang lain. Komen sesuka jidat, gak mikir panjang buat orang yang kita komenin. 

"Alay banget gitu aja divideoin" "Sok cantik" "Story gak jelas". Dan tanpa disadari komenan kita buat orang lain juga merasa insecure, patah harapan dan kekecewaan. Jahat banget yaa kita. 

Kemudian juga membanding-bandingkan pencapaian orang lain dengan pencapaian diri sendiri. Seolah-olah rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri, padahal kita sendiri yang tahu pot mana yang lebih cocok ditempatkan di dekat pagar dan lain-lain. Akhirnya kita lupa bahwa kita punya waktunya sendiri. Waktu untuk berhasil dan juga gagal. 

BACA JUGA Tentang Pencapaian Seorang Wanita

Kegiatan-kegiatan kayak gini tu sebenarnya penting gak? 

Apa yang kita dapat dari berjam-jam bersosial media? Kedengkian? Ketidakpuasan terhadap diri sendiri? Mengutuk Tuhan dan keadaan? 

Percuma dan sia-sia. 

Terus kalau kita udah sadar dengan kesia-siaan ini, langkah apa sebaiknya yang harus kita tempuh untuk memperbaikinya? 

Oke yang pertama harus dilakukan adalah pahami benar alasan kita melakukan hal-hal itu. Kenapa harus mute orang ini, kenapa harus follow orang ini, kenapa harus tahu hidupnya orang lain. Nah dengan begini kita bisa sadar tentang tindakan kita sendiri dan apa maknanya bagi kehidupan kita. 

Kemudian kita juga harus bisa membentengi diri bahwa dunia maya ini rame, semua jenis orang ada dan kita gak bisa mengontrol apapun yang mereka lakukan gitu, jadi kita gak bisa komen seenaknya aja, dan merasa tersakiti begitu saja. 

Selain itu kita juga perlu mengontrol durasi kita dalam bersosial media, ya kali 24/7 dihabiskan untuk liat cerita orang lain tapi gak buat cerita untuk hidup sendiri. Nah jadi durasi kita juga penting buat ada di dunia maya ini. Selain jaga kesehatan mata, hati, pikiran juga jaga kantong biar gak terlalu boros. 

Selanjutnya kita juga harus sadari apa aja sih yang kita lakukan? Jangan sampe 24/7 dari hidup buat mantengin sosial media malah jadi gak kasih dampak positif apapun. 

Jadi menurutku gitu gaes, kalau mau media sosial itu gak buat cemas, kita harus tahu dulu apa makna dari semua tindakan kita, mulai dari alasannya follow orang dan buat akun palsu sampe sejauh mana kita bisa mengontrol emosi kita dari adanya postingan orang lain. 

Nah segitu dulu yaa ceritanya, kalau kamu suka sama cerita di sini boleh banget di share ke teman-teman kamu yaa. Ingat di share bukan buat nyindir tapi buat edukasi. 

See you

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?