Antologi "Cerdas Parenting Masa Kini" Part 2
Mengajari Anak Tentang Upaya Pencegahan Pelecehan
Oleh: Nurlaeli Rohmah
“Cara manusia mencintai Tuhan sangat beragam, salah satunya menjaga ciptaan-Nya berupa tubuh. Menjaga tubuh dari Tindakan kekerasan dan pelecehan adalah bentuk kasih saying dan pengabdian manusia kepada Tuhan-Nya. Mari, ayah bunda ajarkan anak perihal tubuhnya sebagai tanggung jawab manusia kepada Sang Pencipta. ”
2. Ajari Anak Mengenai Batasan
Batasan di sini adalah kedekatan anak dengan orang lain. Sering kita melihat bagaimana dekatnya seorang anak dengan ayah ketimbang bundanya, kedekatan nenek atau kakek ketimbang orangtuanya dan kedekatan anak dengan orang lain. Dekat dengan orang lain memang tidak menjadi masalah bagi anak, namun yang kurang diperhatikan adalah ketika kedekatan tersebut tidak memiliki batasan yang jelas.
Orang tua juga perlu memberikan batasan kepada anak untuk mendapatkan ruang pribadi anak, misalnya tidak sembarangan masuk ke dalam kamar anak. Begitupun dengan kakek dan neneknya bahkan tetangga, sepupu maupun orang lain. Jangan biarkan anak terlalu dekat dengan orang lain sehingga terlalu banyak menghabiskan waktu bersama. Orang tua harus memberitahu sang anak bahwa semua orang memiliki batasan satu sama lain, walaupun dengan orangtuanya sendiri. Namun bukan berarti ayah bunda menjadi terlalu posesif atau mengekang sang anak ya.
Batasan ini dilakukan supaya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dari orang-orang yang dianggap sudah sangat dekat, sehingga ayah bunda bisa sangat percaya dan mengabaikan kemungkinan buruk yang akan terjadi. Karena bisa kita lihat bahwa pelecehan bisa terjadi bahkan dengan orang-orang yang sudah dipercaya.
3. Ajari Sentuhan yang Baik dan Tidak
Jelaskan kepada anak mengenai sentuhan yang baik dan sentuhan yang tidak baik, karena tidak semua sentuhan berarti bentuk kasih sayang. Sentuhan yang baik adalah sentuhan yang memberikan rasa aman dan nyaman, seperti mengelus kepala. Namun Ayah dan Bunda juga harus memberitahu bahwa ada sentuhan yang baik namun terasa sakit, seperti sentuhan untuk mengobati luka.
Sentuhan yang tidak baik adalah sentuhan yang memberikan rasa sakit, seperti memukul, mencubit atau menjambak. Ajari pula anak untuk tidak melakukan hal tersebut kepada orang lain dengan mengingatkan bahwa selain buruk, hal itu juga telah melanggar hak orang lain. Orang tua bisa mulai mengajarinya dengan mengatakan bahwa “Bagaiamana rasanya dipukul? dicubit atau dijambak? Sakit, kan? Makanya kita tidak boleh menyakiti orang lain, bukan karena tidak ingin disakiti, namun harus merasakan betul apa yang orang lain rasakan atas perbuatan kita sendiri.” Hal ini juga mengajarkan anak supaya tidak memiliki harapan terhadap tindakan orang lain dan membentuk rasa empati sang anak.
Lalu, bagaimana sentuhan yang termasuk dalam pelecehan seksual? Sentuhan yang mengarah pada pelecehan seksual sangat bisa dijelaskan, yakni dimana ketika sentuhan tersebut seperti baik, namun terasa tidak nyaman, seperti sentuhan di bagaian pantat atau alat kelaminnya. Biasanya jika sentuhan itu mengarah pada pelecehan seksual, pelaku akan berusaha menyuruh anak untuk tidak mengatakan kepada siapapun atas sentuhan tersebut. Jelaskan pula pada anak, sentuhan yang tidak baik ini bisa juga terjadi saat anak mengguanakan pakaiannya, seperti meraba pantat atau kemaluannya.
Ajari anak supaya meminta izin sebelum memegang orang lain dengan dicontohkan terlebih dahulu oleh ayah bunda sekalian. Misalnya dengan mengatakan, “Boleh engak Ayah pegang tanganmu? Supaya nanti enggak ketinggalan di pasar.” Sehingga anak mampu mencontoh tindakan ayah bunda tersebut agar tidak menyentuh tubuh temannya secara sembarangan.
4. Ajari anak untuk berkata “Tidak”
Seringnya orangtua merasa tahu segalanya mengenai anak, sehingga anak tidak diperbolehkan membantah apa yang diperintahkan oleh orangtua. Misalnya seperti ini “Sudah dikasih jajan kok enggak mau digendong sama tante sih?” atau “Enggak boleh bantah perintah orang tua, ya.” Hal ini sangat disayangkan, karena anak menjadi tidak lagi mempercayai instingnya sendiri. Memang pada dasarnya ada perintah yang tidak boleh dibantah oleh anak, namun orang tua harus bisa membedakan mana perintah yang bisa ditolak atau yang tidak dapat ditolak. Hal ini memang sangat sulit bagi para orang tua, namun bukan berarti tidak bisa ya Ayah dan Bunda.
Orang tua bisa menjelaskan alasan mengapa suatu perintah bisa ditolak atau tidak. Misalnya ketika melihat orang yang lebih tua merasa kesulitan melakukan sesuatu, maka anak diwajibkan untuk membantu orangtua tersebut. Namun, apabila bentuk peritah itu membuat sang anak takut atau khawatir ada baiknya menolak dengan kalimat yang baik. Misalnya ketika anak tidak ingin dicium oleh pamannya, maka katakan pada anak bahwa ia boleh mengatakan tidak ingin dicium karena perasaan takut yang dirasakannya. Mayoritas pelecehan adalah karena paksaan pelaku yang meminta korban melakukan sesuatu yang bertujuan untuk memuaskan nafsunya dan sang anak tidak mengerti bahwa perintah tersebut adalah salah atau bahkan tidak berani mengatakan tidak. Sehingga mengajari anak untuk berkata “tidak” merupakan salah satu cara untuk mencegah hal tersebut terjadi.
Comments
Post a Comment