Apa itu Feminisme?





Apa itu Feminisme?

Untuk sebagian orang ketika mendengar kata feminisme maka yang ada dalam kepalanya adalah all about women. Kesetaraan perempuan, mendobrak standar yang dibuat oleh laki-laki, paham yang bersebrangan dengan ajaran agama islam, ideologi yang membenci laki-laki dan sebagainya.

Pada awalnya feminisme ini lahir karena adanya subordinasi gender, dimana gender yang satu yaitu laki-laki dianggap sebagai subjek dan gender perempuan dianggap sebagai objek. Literally hanya laki-laki yang dianggap sebagai manusia seutuhnya dan perempuan hanyalah suatu benda atau property yang dimiliki oleh laki-laki. Ada jaman dimana hanya seorang laki-laki saja yang bisa memilih dalam politik sedangkan perempuan tidak. Laki-laki memiliki daftar kepemilikan barang seperti rumah, tanah, televisi dan perempuan masuk kedalamnya, istri, ibu ada dalam kepemilikan laki-laki seperti rumah dan tanah tadi.

Banyak sekali orang yang salah memahami tentang feminisme ini. Ada yang beranggapan bahwa feminisme ini membolak-balikkan peran gender, contohnya nih ”kalau ada feminisme laki-laki gak boleh bayarin makanan perempuannya saat kencan, laki-laki gak boleh kasih kursi buat perempuan, kalau perempuan bisa pegang tubuh laki-laki maka perempuan juga bisa diperlakukan hal yang sama” 

Feminisme ini bukan menentukan peran gender laki-laki dan perempuan harus begini dan begitu, tetapi adalah akses yang sama dalam sebuah pilihan. Jadi laki-laki gak perlu malu atau merasa direndahkan kalau perempuan bersedia membayar makanan. Kalau laki-laki tidak ingin memberikan kursi untuk perempuan yaa silahkan atau kebalikannya perempuan yang ingin memberikan kursi pada laki-laki yaa silahkan, tidak ada ketentuan yang harus dilakukan, tetapi adalah persamaan kebebasan untuk memilih tersebut. Sedangkan untuk tubuh sendiri, setiap manusia memiliki hak atas tubuhnya sendiri, kalau merasa tidak ada malasah ketika disentuh bagian tubuh tertentunya yaa terserah jika tidak menyukai hal tersebut yaa say no atau laporkan baik untuk perempuan maupun laki-laki. Karena menyentuh tubuh orang lain bisa saja masuk dalam sexual harassment mau itu dilakukan kepada perempuan ataupun laki-laki.

Kemudian anggapan bahwa feminisme adalah paham yang bertolak belaka dengan ajaran agama islam, laki-laki dan perempuan itu beda, fisiknya beda namanya juga beda maka harus dibedakan. Menurut saya tidak, meskipun aliran feminisme ini banyak tapi saya pribadi percaya bahwa laki-laki dan perempuan hanya berbeda pada bagian fisiknya saja atau berbeda secara alamiah saja, maka tidak ada alasan membedakan perempuan dan laki-laki dibidang lainnya seperti pekerjaan, status sosialnya serta perannya. Siti Khadijah istri Nabi merupakan tokoh feminis menurut saya, mengapa? Karena beliau perempuan yang memiliki pekerjaan yang tidak hanya masak, macak dan manak. Beliau seorang saudagar kaya, dan pekerjaannya tidak hanya di rumah. Seorang perempuan dalam islam bernama Ummu Ummaroh telah mendobrak anggapan bahwa islam mengekang perempuan. Ummu Ummaroh atau Nasibah Binti Ka’ab Al-Anshariyah adalah sosok Muslimah yang ikut berjihad di jalan Allah dalam perang Uhud, ketika kaum muslimin kocar-kacir dan meninggalkan Rasulullah, Ummu Ummaroh melindungi Rasulullah dari serangan lawan hingga mendapatkan beberapa luka. Soo lihat bagaimana Islam sangat memuliakan wanita dengan memberikan akses untuk memilih jalan kebaikan dirinya dan orang lain. Islam sama sekali tidak mengekang perempuan dan memaksanya hanya berada dalam rumah.

“tapi kan feminisme itu menuntut kesetaraan gender, perempuan gak bisa jadi pemimpin dalam sholat” nah ini yang keliru, feminisme itu bukan membolak-balikkan gender yang ada tetapi memberikan akses pilihan yang sama. Lagian perempuan boleh menjadi imam sholat dengan syarat memang tidak ada laki-laki yang bisa dijadikan imam di saat itu. Kemudian kita sering sekali membawa agama dalam setiap diskusi, bukannya tidak boleh tetapi kita semua setuju bahwa agama adalah sesuatu yang memiliki kebenaran hakiki dan tidak bisa disalah-salahkan. Imam dan makmum dalam sholat sudah ditetapkan aturannya. Jadi sebenarnya ini tidak perlu dipertanyakan lagi gimana feminisme memandang hal tersebut. Karna menjadi feminis bukan berarti melanggar segala perintah Tuhan tetapi tergantung pada pilihan pengikutnya masing-masing.

Perempuan minta kesetaraan? Giliran dikasih malah susah sendiri, yang hamil lah, haid lah, melahirkan dan tenaganya yang gak seberapa”. Again, saya hanya setuju bahwa perbedaan alamiah pada laki-laki dan perempuan. Kalau perempuan dari dulu dibiasakan untuk melakukan pekerjaan berat dia pasti punya tenaga yang kuat pun begitu dengan laki-laki kalau tidak diajarkan untuk bekerja keras maka laki-laki juga tidak akan memiliki tenaga yang kuat. Ini bukan masalah perempuan atau laki-laki tapi tentang kebiasaan saja menurut saya, meski balik lagi faktor alamiah juga berperan. Feminisme juga bukan menyamakan dalam hal alamiah seperti bentuk fisik dan hal-hal seperti haid, melahirkan serta kekuatan otot tetapi untuk menyamakan akses pilihan, seperti status sosial, pekerjaan, ekonomi. Misalnya perbedaan kalau perempuan tidak dibolehkan keluar malam sedangkan laki-laki boleh keluar malam yang artinya adalah laki-laki memiliki 24 jam untuk produktif bekerja sedangkan perempuan tidak, akhirnya laki-laki memiliki kesempatan untuk memperoleh banyak pekerjaan dan juga lebih banyak memperoleh akumulasi kekayaan daripada perempuan, kemudian karena akumulasi kekayaan lebih banyak ada pada laki-laki maka perusahaan dan kekuasaan terbesar juga akan berada dibawah laki-laki sehingga power terbesar yaa ada pada laki-laki, sehingga hal ini menguntungkan laki-laki dan tidak pada perempuan. Nah hal seperti ini yang dikupas oleh feminisme. Bukan cuma masalah konkrit yang udah dibahas dan ditentukan agama.

Kemudian apakah saya seorang feminis? Kalau feminisnya itu memperjuangkan hak perempuan yang dirugikan oleh system patriarki maka jawabannya adalah iya. Karena feminisme banyak alirannya yaa ada yang fokus dengan kesetaraan tubuh, politik, ekonomi, pekerjaan dan lainnya. Nah saya sendiri setuju dengan anggapan bahwa patriarki adalah sebuah system yang sangat kental di Indonesia dan merugikan kaum perempuan, maka dari itu perlu yang namanya feminisme untuk bisa memperjuangkan segala hal tersebut, caranya banyak terserah sama individunya sendiri.

Saya pribadi udah gumoh sama yang namanya catcalling, mitosnya emak-emak jadul yang katanya kalau perempuan lebih pintar daripada laki-laki nanti susah dapat jodoh. Katanya tugas perempuan itu melayani pakaian, makanan, dan segala hal keperluan laki-laki. Katanya pekerjaan perempuan itu cuma masak, macak, manak. Katanya perempuan gak bisa ngelakuin banyak hal dalam sekaligus, kalau mau kerja gak bisa jadi ibu rumah tangga yang baik atau sebaliknya dan katanya katanya lainnya. Terus sexual harassment yang sering dilakuin laki-laki terhadap perempuan disuit-siutin, disuruh senyum, digrepe, dijadikan objek seksual, bentuk tubuh yang dijadikan lelucon secara seksual, kayak gini “kamu mau minum apa? Kopi, teh, jus atau susu? Eh kan kalok susu udah punya”. Gak suka banget sama hal-hal tersebut. Nah feminisme ini sangat menghormati hak atas tubuh seseorang. Begitu juga dengan masak dan bersih-bersih rumah itu juga bukan peran gender tapi basic life skill yang harus dimiliki laki-laki dan perempuan untuk menjadi lebih mandiri. Nah system patriarki yang kayak gini yang selalu menganggap bahwa perempuan ada di bawah laki-laki yang buat feminisme ini perlu terus ada di Indonesia.

Sebenarnya feminisme juga bukan hanya memperjuangkan hak perempuan saja, tetapi juga meringankan peran laki-laki. Dari dulu kita percaya bahwa laki-laki itu seperti kucing yang kalok dikasih ikan asin pasti langsung tuh dicaplok, yang artinya laki-laki itu sangat rendah sekali dalam masalah seksual. Kalau laki-laki mau dicute, mau dipegang bagian intim tubuhnya juga gak papa malah makin senang, kalau ada perempuan telanjang terus datang ke laki-laki yaa mereka bakal nerima-nerima aja. Padahal kan enggak semua laki-laki seperti itu, laki-laki juga punya harga diri dan gak semurah itu. Ini juga yang ingin dihapuskan oleh feminisme. Terus anggapan bahwa laki-laki harus kuat gak boleh nangis, padahal hal seperti ini akan mempengaruhi psikisnya. Menangis itu bukan menandakan seorang tersebut lemah, tetapi menangis adalah suatu bentuk emosi yang harus dikeluarkan supaya tidak menumpuk dan meledak suatu hari nanti. Laki-laki dan perempuan boleh nangis. Laki-laki dan perempuan boleh sama-sama meringankan pekerjaan masing-masing, laki-laki boleh memasak, menyapu dan melakukan hal lainnya as long as dia bahagia dan perempuan juga boleh mengerjakan pekerjaan yang menghasilkan uang. Karena mengurus anak adalah tugas orangtua, yang mana oarangtua itu adalah suami dan istri, ibu dan bapak, laki-laki dan perempuan, tergantung kesepakatan bersama saja. Hal ini membuktikan bahwa feminisme tidak membenci laki-laki, karena musuh terbesar feminisme bukan laki-laki tetapi patriarki.

Oke segini aja dulu pembahasan kali ini. Kalau kalian ada kritik dan saran atau pengen bahas tentang suatu hal, silahkan tulis komentar kalian di bawah atau kirim ke email saya. Oke terimakasih sudah mampir dan semoga  hari kalian menyenangkan. Byee

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?