Love and Sex
Seringnya tuh gini narasinya "kalau kamu gak kasih keperawananmu, berarti kamu gak sayang sama aku".
Narasi ini tu emang udah basi banget, udah ada dari zaman esempe. Tapi sadar gak sih makin kesini makin banyak janda dan duda muda, yang baru nikah lima bulan terus melahirkan dan gak sedikit usia muda tapi udah nikah berkali-kali.
Again seolah-olah pernikahan itu bukan sesuatu yang sakral. Yaa meskipun semua orang berhak mendefinisikan pernihakan itu gimana, tapi kek gak habis pikir aja sama keadaan anak mereka, kondisi orang tua dan ekonomi mereka seperti disia-siakan.
Seolah-olah sex dan love itu sesuatu yang sama. Padahal mereka (sex dan love) hanya berdampingan dan tidak berarti memiliki makna yang sama pula.
Apa bedanya? Kalau sex itu kebutuhan secara biologis manusia sedangkan Love itu adalah kebutuhan emosional manusia. Jadi gak bisa memenuhi kebutuhan emosional dengan cara memenuhi kebutuhan biologis. Gak nyambung gitu jatohnya. Jadi istilah menukarkan cinta dengan sex itu benar-benar kesesatan gaes.
Apakah kalau cinta harus selalu ngesex? Atau sex berarti tanda cinta? Bisa jadi. Ingat mereka (sex dan love) ini berdampingan tapi tidak sama.
Iya jawabannya bisa jadi. Tergantung love language kalian apa. Loh udah lupa apa aja bahasa cinta itu? Nih aku kasih Linknya.
Nah kalau kamu sudah tau bahasa cinta kamu adalah dengan physical touch yaa bisa jadi menyalurkan perasaan cinta dengan sex, tapi balik lagi setiap orang pasti punya batasan yang beda-beda. Bisa jadi ada yang bahasa cintanya adalah sentuhan tubuh yang cukup dipelukan saja tidak sampai pada sex. Bisa juga sebaliknya. Tergantung personalnya.
Terus sex ini juga dibagi lagi menjadi dua, yakni Having sex dan Making sex. Apa bedanya? Kalau yang pertama kita hanya melakukan sex tanpa adanya perasaan cinta atau tidak menggunakan emosional. Sex just sex. Sedangkan Making love melakukan hubungan sex dengan bumbu-bumbu cinta.
Nah dari sini kita bisa paham kasus di awal tadi. Kenapa orang-orang dengan mudahnya mengikat suatu hubungan yang sakral kemudian meninggalkannya begitu saja. Emang banyak faktornya, tapi ini bisa jadi salah satunya.
Di mana kita gak bisa membedakan antara kedua itu. Merasa semakin cinta dengan bercinta, tapi ternyata pasangannya hanya memaknai sebagai patner sex doang, jadi kalau udah bosen yaa udah selesai, cerai, nikah lagi dan akhirnya saling meninggalkan.
Kebayang gak sih ketika tahu makna cinta kita dengan pasangan itu berbeda.
Makanya sebelum bercinta itu yang dipertanyakan bukan "dia mau bertanggungjawab gak yaa?" "Dia mau ngakuin anaknya gak yaa?" "Dia bakal nepatin janjinya gak yaa?" Stop tanya itu.
Yang perlu dipertanyakan adalah "siap gak sih aku kalau dia tiba-tiba ninggalin aku yang lagi bunting? ngurus anak sendiri? Dengar omongan orang sendiri?" "Siap gak aku kalau harus kehilangan anak dikandungan wanita yang aku sayangi?" "Siap gak aku melakukan sex yang banyak resikonya?"
Seharusnya pertanyaannya tu "siap gak saya" bukan "dia udah" biar gak menyesal, biar gak melukai hati orang-orang yang sayang sama kita.
baca juga perawan dan harga diri perempuan
Oiya satu lagi konsensual seksual dengan konsensual kesetiaan itu beda banget, gak bisa disamain, karena ingat cinta itu beda sama sex. Sedangkan kesetiaan bagian dari cinta, jadi konsensual sex dan kesetiaan juga beda. Dan akhirnya kita gak bisa minta pertanggungjawaban atas tindakan yang orang lain perbuat dengan kita. Tapi kita harus mempertanggungjawabkan pilihan kita sendiri. Itu.
Jadi kalau kita menyadari betul bahasa cinta kita dengan pasangan, membicarakan batasan love, memepertimbangkan perihal sex pasti yang namanya pernikahan yang gagal, pernikahan yang bertubi-tubi dan kekecewaan terhadap ekspektasi pasangan itu bisa diminimalisir.
Jadi gitu lah sedikit yang aku tau. Yaudah lah yaa semoga bermanfaat dan see you gaes.
Comments
Post a Comment