Memaksakan Pilkada ditengah Pandemi?

Dari awal terjadinya huru-hara pandemi covid-19 di Indonesia, tenaga kesehatan di Indonesia seakan tidak berhenti mendapat cobaan dalam penanggulangan pandemi virus corona. Mulai dari banyaknya libur panjang sehingga menyebabkan timbulnya kerumunan, "pulang kampung"nya tokoh yang menyebabkan terjadinya kerumunan, hingga yang paling tidak masuk akal adalah dipaksakannya pelaksanaan pilkada padahal penyebaran virus covid-19 semakin tidak terkendali.

Cek juga Kenapa Percaya Konspirasi?

Dilihat dari sisi manapun, memaksakan pelaksanaan pilkada di tengah pandemi yang makin manjadi-jadi tetaplah tidak masuk akal, hal ini seakan mengamini bahwa pemerintah benar-benar tidak terlalu serius dan konsisten dalam menanggulangi pandemi.

Baca Juga Opini Kami Ulama Katanya

Padahal sudah sejak jauh-jauh hari, banyak pihak yang mendesak agar pilkada tahun ini ditunda hingga pandemi benar-benar bisa dikendalikan, tapi apalah daya pemerintah seakan tutup telinga akan masukkan itu serta kekeh dengan pendiriannya yang akan melaksanakan pilkada serentak pada tanggal 9 Desember dengan dalih pilkada akan tetap aman jika dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat, padahal pemerintah sendiri sudah sering kecolongan serta banjir kritik akibat penegakan protokol kesehatan yang tidak konsisten.

Oke anggaplah pilkada yang akan dilaksanakan tanggal 9 desember ini akan tetap dilaksanakan dengan asumsi pemerintah  akan mencoba menegakkan protokol kesehatan yang ketat, apakah masyarakat akan serta merta akan datang ke TPS dengan hati tenang dan damai? Aku rasa tidak. Kenapa? Coba deh pikir secara logika, penambahan kasus covid-19 di Indonesia setiap harinya mengalami peningkatan, bahkan pertanggal 29 November 2020 kemarin penambahan kasus kembali memecahkan rekor hinggal 6.267 kasus.

Aku yakin pasti kalian juga beranggapan bahwa kondisi ini sangat-sangat buruk. Nah, disaat seperti ini aku yakin 100% orang akan lebih memilih untuk tidak pergi ke tempat keramaian atau paling tidak orang-orang lebih baik melakukan hal yang lebih bermanfaat ketimbang harus datang ke TPS dengan mengorbankan kesehatan pribadinya.

Kalau saja mayoritas orang berfikiran seperti itu, lantas untuk apa tujuan diadakannya pemilu pilkada? 

Dengan kata lain, masyarakat akan lebih memilih untuk golput ketimbang harus mengikuti pemilu namun kesehatan dan keselamatan mereka terancam. Hal ini malah justru mengurangi kredibilitas dari pemilu tersebut.

Tulisan ini tidak bermaksud untuk mengajak anda golput pada pilkada tahun ini, namun cobalah untuk menghargai jasa tenaga kesehatan yang masih bertaruh nyawa disana, atau paling tidak ingatlah kesehatan anda dan keluarga anda.

Bagaimana pilkada di daerah mu?

Comments

Popular posts from this blog

Sesusah Apa Sih Skripsi itu?

Tentang Berproses

Apa Bener Kalau Perempuan Banyak Temen Pria Jadi Murahan?