Menilik Potensi Legalisasi Ganja di Indonesia
Beberapa waktu lalu, PBB (Perserikatan bangsa-bangsa) telah resmi mencabut ganja sebagai jenis obat-obatan terlarang dan berbahaya yang di dapat oleh rekomendasi WHO (World Health Organization) dan meratifikasinya sebagai tanaman medis. Kabar ini cukup mengejutkan mengingat ganja sudah disandingkan dengan opium sejak hampir 60 tahun yang lalu sebagai obat-obatan berbahaya dan terlarang. Namun di sisi lain, hal ini bisa menjadi kabar baik mengingat di beberapa negara tanaman dengan nama latin Cannabis Sativa ini sudah dapat dimanfaatkan secara terbatas sebagai tanaman medis, dan dengan adanya pengumuman ini diharapkan dapat mendorong penelitian ilmiah terkait manfaat ganja khususnya pada bidang medis.
Lantas bagaimanakah dengan indonesia? Sejak awal munculnya berita ini, penulis terus bertanya-tanya kira-kira bagaimana respon pemangku kepentingan terkait legalisasi ganja di indonesia, selain itu yang terpenting adalah kira-kira jika indonesia akan meninggalkan ganja apakah masyarakat indonesia sudah siap?
Baca juga Mitos Kecantikan Pada Lagu Aisyah
Legalisasi ganja disini ibaratkan seperti pisau bermata dua, legalisasi ganja ini bisa sangat bermanfaat apabila mampu dimanfaatkan namun bisa juga memberikan dampak buruk apabila dalam penerapannya sembrono dan asal-asalan.
Di Indonesia sendiri, image ganja sebagai tanaman yang "tabu" masih sangat kental. Secara turun temurun image buruk ini seakan ditanam sejak dini secara terus-menerus. Mungkin jika kalian sekolah SD dulu pihak sekolah sering mengadakan seminar tentang bahaya narkoba yang didalamnya juga termasuk ganja. Image inilah yang menurut penulis sendiri menjadi halangan terbesar dalamupaya legalisasi ganja di Indonesia (selain termasuk mafia dan payung hukum yang jelas). Sangking "tabu"nya image ganja di Indonesia ini, pembicaraan soal ganja di ruang publik pun masih terasa memekakkan telinga sebagian orang. Apalagi penelitian soal manfaat ganja, mungkin jika anda berkata kepada publik bahwa anda akan meneliti soal manfaat ganja, dapat dipastikan anda akan dicurigai bahwa sanda adalah pemasok atau pemakai ganja. Hal ini menunjukan bahwa selama persepsi masyarakat terhadap ganja masih buruk atau tabu, maka realisasi legalisasi ganja sebagai tanaman medis sedikit banyak akan terhambat serta membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Penulis mencoba untuk meminta pendapat dari seorang akademisi pada bidang sosial apakah Indonesia siap untuk melegalkan ganja sebagai tanaman medis? "Kalau lihat masyarakat indo sekarang itu gimana ya suruh di rumah aja (selama pandemi) banyak yg merengkel dengan banyak alasan. Yaa cuma satu sih sebenernya "gak disiplin" kalau misalnya ganja diperbolehkan untuk medispun siapa yg bisa jamin semua warga bakal nurut? Artinya regulasi semacam apa yg bisa ditaati semua kalangan. Yaa walaupun gak semua nurut gak pake ganja hanya untuk tujuan rekreasi setidaknya regulasi pemerintah itu dimengerti masyarakat".
Baca juga Love And Sex
Sebagai orang yang cukup consern di bidang ekonomi, penulis sebenarnya merasa tanaman ini memiliki potensi besar khususnya dalam membangun perekonomian masyarakat terlebih bagi petani. Salah satu contoh nyatanya adalah Industri ganja di kota Pueblo Amerika Serikat, dimana industri ganja berhasil menyelamatkan kota Pueblo, di Colorado, AS, yang mengalami kesulitan ekonomi pasca jatuhnya industri besi di sana. Belanda juga turut menikmati keuntungan dari legalisasi ganja medis dengan memonopoli pasokan ganja ke perusahaan farmasi serta ekspor ganja ke negara-negara lain di Eropa.
Namun betapa besarnya pun potensi yang terdapat pada tanaman ganja ini, regulasi serta payung hukum yang jelas sangat perlu untuk ditegakkan terlebih dahulu.
Comments
Post a Comment