Kemerdekaan atas tubuh dan diri sendiri
Saya pernah bercerita tentang salah satu keluarga saya yang tidak punya kontrol penuh terhadap tubuhnya bahkan hanya sekedar untuk bernafas dengan lega karena guna-guna di sini.
Ternyata gak cuma orang yang kerasukan aja yang gak merdeka dengan tubuh dan dirinya sendiri.
Banyak dari kita yang gak bisa merdeka bahkan mulai dari tubuh yang bersama dengan kita tiap detik.
Mulai dari tubuhnya yang menyesuaikan apa kata dunia.
Kurusin kalau dibilang si A kegemukan, gemukin kalau udah di bilang gak dikasih makan sama orang tua. Putihin warna kulit biar enak di lihat orang lain. Panjangin aja rambutnya biar jelas perempuan, pakai make up dong biar kelihatan seumuran, laki tapi letoy, kerja ding biar gak jadi beban keluarga.
Dan bacotan lainnya yang mengatur tubuh kita supaya menyenangkan mereka. Dan benar saja, kemerdekaan atas tubuh dan diri sendiri emang sesulit itu untuk dicapai.
Belum lagi masalah orang tua yang pengen anaknya kuliah kedokteran, kuliah ekonomi, teknik dan segala stereotip baik yang udah dibangun sejak lama.
Padahal yang ngejalanin siapa? Yang menderita siapa? Iya orang tua memang yang sudah memberi makan, menghidupi selama bertahun-tahun, membiayakan. Tapi apakah sebelumnya ada ditanyakan anaknya gimana? Apakah benar orang tua menjadikan anaknya sebagai robot yang turut atas segala perintah remot yang dikendalikan oleh orang tua?
Udah tamat kuliah kok belum kerja?
Kok belum nikah?
Kok belum punya anak?
Masih numpang sama orang tua?
Baca Juga Cara Mengubah Insecure Jadi Bersyukur
Siapa jadi punya siapa? Punya tubuh tapi yang ngatur orang lain, punya keinginan tapi buat nyenengin orang lain, ngelakuin sesuatu karena diminta orang lain, kita ini punya siapa? Apakah ini merdeka?
Tubuh dan diri sendiri bukan cuma buat nemenin roh dalam jiwa, tapi punya suara yang patut didengar. Tubuh kita milik kita, yaa meski Allah titipkan sementara, tapi tanggung jawabnya ada pada kita.
Kalau orang lain bilang jelek tapi kita nyaman tanpa beban kenapa harus berubah. Kita perlu kemerdekaan bahkan sejak dalam pikiran.
Kalau orang tua bilang sesuatu yang bersebrangan dengan kita, katakan dengan santun bahwa kita bisa mempertanggungjawabkan pilihan kita. Kita butuh kemerdekaan untuk memilih dan berani bertanggungjawab atas pilihan tersebut.
Jangan sampai kita kehilangan kitađź’•
Comments
Post a Comment