Juni Kedua
Kalian ingat gak opiniku tentang LGBT yang ini?
Sebenarnya saat menulis itu aku masih merasakan keresahan tentang opini yang aku sampaikan.
Kayak aku tu geram sama orang-orang yang suka ngebully para LGBT, apalagi sehabis tahu kasus transgender yang dibakar itu, benar-benar menyayat hatiku.
Tapi di satu sisi aku juga merasa "apakah aku mengkhianati Tuhan?"
Sampai akhirnya aku mendengar salah seorang pembicara agama Kristen yang bilang gini:
"Kamu pernah punya rasa marah? Tapi gak bisa marah dengan teriakan atau pukulan? Kamu pernah sedih tapi gak bisa nangis? Kenapa? Karena kamu menahan semuanya bukan? Memang para LGBT itu punya kecendrungan yang berbeda karena adanya kromosom dan lain-lainnya, tapi apakah harus ditunjukkan? Harus diperlihatkan? Kan enggak. Karena kita punya aturan Tuhan yang harus kita tahan. Apa yang kalian rasakan itu adalah godaan setan"
Dan aku benar-benar tertampar. Kalau cuma dibilang itu perintah Tuhan entah kenapa kayak belom pas aja gitu, karena secara saintis ada kromosom yang memang membentuknya, tapi setelah ada analogi yang menurutku sangat mencerminkan kita di dunia ini, itu jadi membuka hatiku bahwa kita cuma butuh waktu aja untuk menerima suatu kenyataan.
BACA JUGA Love and Sex
Prinsip yang kujalankan saat ini adalah gak ada siapapun yang pantas dibully, apalagi perihal seksualnya, mungkin dia juga butuh waktu untuk menerima jati dirinya dan butuh 1 kalimat yang tepat untuk menyadarkannya, bukan hinaan, diskriminasi, pukulan dan amarah.
Dan kalau ada yang berbeda, gak perlu cara kasar, toh kalau memang pendirian kita baik, maka tunjukan kepadanya sikap terbaik kita, jika berkenan di hatinya, tentu saja ia akan mengikut tanpa dipaksa.
Kadang kita juga gak sadar sering memperlakukan orang lain dengan kemauan kita sendiri, padahal mereka juga manusia yang punya perasaan, makanya perlu observasi, pemahaman tentang apapun itu.
So gaes, Tuhan memang punya aturan sendiri, kalau belum bisa menerimanya setidaknya kita mau terus belajar mempertanyakan kenapa harus diterima dan ditolak, karena dengan observasi sendiri, kita akan lebih mudah menerimanya daripada hanya ikut-ikutan mayoritas dan perintah.
Salam toleransi semuanya.
Comments
Post a Comment