Cowokmu kan Udah Mapan, Kapan Kamu Mau Nikah?

 Kamu kapan mau nikah? Kan dia udah mapan. 



Kata beberapa orang yang sebenarnya gak paham sama pertanyaan yang dibuatnya sendiri. 


Kenapa? Pertama dia menjelaskan kondisi si A (biasanya cowok) yang sudah mapan (secara ekonomi) lalu dia mempertanyakan si B (biasanya cewek) untuk kesiapannya tentang sebuah pernikahan. 


Menurutku ini sebuah kesalahan, karena yang sudah mapan siapa yang ditanya sudah siap menikah siapa? 


BACA JUGA Layaknya Menikah Bercerai Juga Cara Untuk Bahagia


Seharusnya kalimatnya bisa diganti dengan "kamu udah mempersiapkan apa saja untuk menikah?" (Netral bisa ditanya ke cowok atau ke cewek). Bukan gak nyambung begitu pertanyaan dan latar belakang pertanyaannya. 


Sebenarnya aku paham konteks dari pertanyaan ini karena biasanya dan masih dibiasakan bahwa untuk melihat laki-laki sudah siap menikah adalah dari finansialnya, sedangkan perempuan biasanya dari usia. 


Tentu gak asing bagi kalian para perempuan yang sudah 20 ke atas, paling sering 25 an ditanya "udah umur segitu kok belum nikah?" Dan laki-laki pertanyaannya "udah punya apa mau nikahin anak orang?"


BACA JUGA Kenapa Perlu Menikah? 


Terus ini masalah? Iya bagiku pribadi ini bermasalah, karena kalau ini diteruskan semua akan merasakan kerugiannya masing-masing. 


Perempuan akan selalu distigmakan dengan "matre" Atau sejenisnya, dan laki-laki akan dihargai sebagaimana besar hartanya. 


Menurutku kalau kamu mau tanya tentang pernikahan seseorang ya tanyakan saja kesiapannya. 


Mapan secara finansial, itu gak cuma soal laki-laki saja, perempuan juga seharusnya berdaya dengan mengusahakan finansialnya sendiri untuk sampai pada tahap pernikahan. 


Iya laki-laki memang punya standar yang lebih tinggi daripada perempuan karena harus mempersiapkan cincin tunangan, mahar pernikahan, beberapa adat ada uang kasih sayang untuk perempuan (uang hangus) peralatan rumah tangga seperti kasur dan lemari dan lain sebagainya. Namun, bagiku pribadi ini bukan alasan untuk perempuan menjadi bermalas-malasan dan tidak mengusahakan finansial pernikahannya. 


Begini logikaku, kenapa kamu/keluarga harus minta ini itu kalau kamu mampu membelinya sendiri? Siapa yang akan menjamin bahwa permintaan itu adalah gerbang kebahagiaanmu? Siapa yang menjamin bahwa benda-benda yang diminta tidak menjadi jalan untuk seseorang menjatuhkan, merendahkan harga dirimu? Kan gak ada. 


Gak sedikit kok perempuan jadi gak dihargai setelah menikah dengan dalil "kamu kan sudah dibeli mahal mahal, masa nyuci baju aja gak bisa?" "Jadi istri itu harus nurut suami, kan maharnya mahal kemarin" Dan lain sebagainya. 


Kedua, sama kayak finansial, mental, Cita-cita, impian Perempuan dan laki-laki itu seharusnya sama-sama dipertimbangkan! Bukan hanya laki-laki saja. Seolah-olah kalau laki-lakinya sudah mapan, dewasa usianya, karirnya stabil, keluarganya sudah terpenuhi laki-laki berhak menentukan kapan mau menikah. 


Kalau perempuan mau nikah ada yang tanya kebutuhan keluarga misalnya kalau dia anak sulung? ada yang tanya udah sampai mana mimpinya? Ada yang tanya gak gimana karirnya? Gak ada, perempuan ditanya kapan nikah cuma berdasarkan umur doang (kebanyakan). 


Perempuan juga ada kok yang ingin mensejahterakan keluarga, menstabilkan karir, memenuhi mimpi juga bisa mempertimbangkan kapan dia mau menikah, bodo amat usianya hampir 30, kalau dia belum siap untuk menikah jangan pandang sebelah mata. Pun sama dengan laki-laki. 

Balik lagi ke pertanyaan, kalau kamu mau nanya seorang perempuan kapan mau nikah ya tanya gimana kondisi dia, mimpinya dia, bukan malah lihat kondisi laki-lakinya lalu bertanya pada perempuan. Perempuan juga punya hak untuk memprioritaskan apa yang dia kehendaki sebelum menikah! Perempuan juga punya kriteria kapan seharusnya dia menikah bukan cuma laki-laki. 

Comments

Popular posts from this blog

Yakin mau Boikot Produk Prancis?

Cara Mengkhatamkan Al-Qur'an Tanpa Khawatir Datang Bulan dan Hambatan lainnya

Macam-macam alat penahan Menstruasi pada wanita