Kenapa Perlu Menikah?
Di masa pandemi saat ini, di mana segala sektor kehidupan mulai dari ekonomi, sosial, bahkan pariwisata mengalami kemerosotan pendapatan secara drastis. Jadi tidak heran jika banyak ditemui berbagai promosi yang menggiurkan untuk dikonsumsi masyarakat. Salah satunya adalah paket murah pernikahan.
Akhir-akhir ini hampir setiap minggunya saya diundang untuk hadir dalam sebuah pernikahan. Mulai dari pernikahan teman SD, teman SMP sampai Teman Tapi Mesra.
Entah kenapa pernikahan dijadikan sebagai ajang perlombaan. "Yaelah kalah lu sama si mantan, doi udah siap-siap mau malam pertama, lah elu masih malam-malam aku sendiri" auto nyanyi deh saya.
Yang benar saja. Pernikahan yang seharusnya menjadi agenda yang sakral karena banyak aspek yang harus dipertimbangkan seperti kecocokan alur berfikir, kecocokan kebiasaan, kebudayaan bahkan value hidup, harus diperlombakan seperti pakaian monja di pasar rabu.
BACA JUGA Persiapan Pernikahan
Jadi tak mengherankan lagi, kalau akhirnya banyak yang mempertanyakan mengenai pernikahan kepada saya. Kapan saya menikah?
Kok kapan? Emangnya saya sudah bilang kalau saya mau menikah? Memangnya kenapa sih saya harus menikah?
Karena harus melanjutkan keturunan. Kata mereka begitu. Apa yang mau dilanjutkan dari diri saya yang sungguh biadab ini? Keegoisan saya? Ketidakmampuan saya dalam berempati? Kebohongan yang saya lakukan untuk sebuah kepuasan pribadi? Apakah hal-hal seperti itu pantas saya turunkan kepada anak saya kelak?
Saya tidak mengerti apakah mereka yang memutuskan untuk menikah muda itu sudah memikirkan hal-hal apa saja yang mampu mereka turunkan atau mereka kendalikan terhadap anak mereka?
Jadi tak mengherankan lagi, kalau akhirnya banyak yang mempertanyakan mengenai pernikahan kepada saya. Kapan saya menikah?
Kok kapan? Emangnya saya sudah bilang kalau saya mau menikah? Memangnya kenapa sih saya harus menikah?
Karena harus melanjutkan keturunan. Kata mereka begitu. Apa yang mau dilanjutkan dari diri saya yang sungguh biadab ini? Keegoisan saya? Ketidakmampuan saya dalam berempati? Kebohongan yang saya lakukan untuk sebuah kepuasan pribadi? Apakah hal-hal seperti itu pantas saya turunkan kepada anak saya kelak?
Saya tidak mengerti apakah mereka yang memutuskan untuk menikah muda itu sudah memikirkan hal-hal apa saja yang mampu mereka turunkan atau mereka kendalikan terhadap anak mereka?
BACA JUGA Gombalan Toxic Laki-laki Patriarki
Karena menikah akan membuat saya bahagia. Katanya seperti itu. Memangnya saya pernah bilang selama saya sendiri, saya selalu merasa murung dan jenuh dengan hidup ini?. Saya bahagia selama ini meski sendiri, lalu mengapa untuk mempertahankan kebahagiaan tersebut saya harus menikah? Siapa yang bisa menjamin bahwa saya akan tetap menjadi diri saya sendiri setalah menikah? Lelaki patriarki yang menyebalkan itu masih berkeliaran di mana-mana.
Menikah untuk bisa hidup satu atap tanpa cemoohan orang lain. Nah kalau ini masih bisa dipertimbangkan, supaya bisa hidup bersama dalam satu atap tanpa harus menutupi sesuatu. Namun pertanyaan selanjutnya adalah mengapa saya harus hidup bersama seseorang? Apakah pernikahan bertujuan untuk menggantungkan hidup satu sama lain?
Kalau kamu punya rencana menikah cobalah untuk sesering mungkin bertanya kepada dirimu sendiri. Jangan sampai makna pernikahan yang sakral itu hilang hanya karena mantan sudah duluan dipinang.
Karena menikah akan membuat saya bahagia. Katanya seperti itu. Memangnya saya pernah bilang selama saya sendiri, saya selalu merasa murung dan jenuh dengan hidup ini?. Saya bahagia selama ini meski sendiri, lalu mengapa untuk mempertahankan kebahagiaan tersebut saya harus menikah? Siapa yang bisa menjamin bahwa saya akan tetap menjadi diri saya sendiri setalah menikah? Lelaki patriarki yang menyebalkan itu masih berkeliaran di mana-mana.
Menikah untuk bisa hidup satu atap tanpa cemoohan orang lain. Nah kalau ini masih bisa dipertimbangkan, supaya bisa hidup bersama dalam satu atap tanpa harus menutupi sesuatu. Namun pertanyaan selanjutnya adalah mengapa saya harus hidup bersama seseorang? Apakah pernikahan bertujuan untuk menggantungkan hidup satu sama lain?
Kalau kamu punya rencana menikah cobalah untuk sesering mungkin bertanya kepada dirimu sendiri. Jangan sampai makna pernikahan yang sakral itu hilang hanya karena mantan sudah duluan dipinang.
BACA JUGA Mitos Kecantikan Pada Lagu Aisyah Istri Rasulullah
Kalau kamu ingin punya keturunan, pastikan saja keturunanmu itu tidak menambah kekacauan yang sudah carut marut di bumi ini. Setidaknya jangan mengganggu mental orang lain dengan bertanya kapan nikah setiap bertemu.
Sering sekali saya katakan dengan orang-orang yang bertanya perihal pernikahan kepada saya bahwa persiapan pernikahan bukan hanya soal sudah disunat atau menstruasi, atau yang sudah punya uang untuk mahar. Tapi juga kesiapan emosional, spiritual, finansial, dan aspek lainnya yang tidak terfikirkan lainnya.
Masalah emosional, emang sekuat apa sih kita menahan amarah untuk hal yang biasa kepada pasangan? Kalau pasangan balas chat lama terus kita masih marah-marah yakin mau nikah? Kalau dia terpaksa merantau untuk mencari nafkah yang lebih layak apa kita bisa menahan diri untuk sabar menanti dan tidak melirik tetangga sendiri?
Kalau kamu ingin punya keturunan, pastikan saja keturunanmu itu tidak menambah kekacauan yang sudah carut marut di bumi ini. Setidaknya jangan mengganggu mental orang lain dengan bertanya kapan nikah setiap bertemu.
Sering sekali saya katakan dengan orang-orang yang bertanya perihal pernikahan kepada saya bahwa persiapan pernikahan bukan hanya soal sudah disunat atau menstruasi, atau yang sudah punya uang untuk mahar. Tapi juga kesiapan emosional, spiritual, finansial, dan aspek lainnya yang tidak terfikirkan lainnya.
Masalah emosional, emang sekuat apa sih kita menahan amarah untuk hal yang biasa kepada pasangan? Kalau pasangan balas chat lama terus kita masih marah-marah yakin mau nikah? Kalau dia terpaksa merantau untuk mencari nafkah yang lebih layak apa kita bisa menahan diri untuk sabar menanti dan tidak melirik tetangga sendiri?
BACA JUGA Senjata Melawan Poligami
Masalah Spiritual, kalok katanya nikah itu menyempurnakan agama dan merupakan salah satu ibadah, apa kita bisa mempertahankan 'ibadah' itu tetap suci? Emangnya sudah bisa melakukan segala pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas? Buatin kopi ikhlas, padahal sama-sama pulang kerja dan capek. Beliin baju istri/suami ikhlas, padahal pasangan masih sering boros atau bahkan gak mencukupi buat sehari-hari? Kalok yang dibahas cium tangan suami juga dapat pahala mah enak, coba yang dibilang harus menjaga pernikahan dari omongan orang, tetangga, mertua bahkan media sosial.
Masalah finansial, bukan cuma diacara pernikahan. Gimana uang selama kehamilan? Uang buat melahirkan? Biaya sekolah? Uang arisan? Uang bumbu dapur? Uang cicilan rumah? Udah bisa mengatur keuangan untuk cita-cita pribadi dan keluarga?
Dengan usia yang masih belasan apa yakin udah khatam atau setidaknya sedikit memahami keseluruhan dalam hal pernikahan? Perihal KDRT, kelainan seksual, perbedaan kultur dan semua yang gak akan ada habisnya.
Kalau kalian mau nikah muda atau tua, yaa terserah sebenernya. Tapi mbok yaa dipertimbangkan lagi segala sesuatu yang merugikan orang lain. Misal biaya pernikahan yang ditanggung orangtua, anak yang mendzolimi anak lain, dan malunya keluarga akibat perceraian dan sebagainya.
Masalah Spiritual, kalok katanya nikah itu menyempurnakan agama dan merupakan salah satu ibadah, apa kita bisa mempertahankan 'ibadah' itu tetap suci? Emangnya sudah bisa melakukan segala pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas? Buatin kopi ikhlas, padahal sama-sama pulang kerja dan capek. Beliin baju istri/suami ikhlas, padahal pasangan masih sering boros atau bahkan gak mencukupi buat sehari-hari? Kalok yang dibahas cium tangan suami juga dapat pahala mah enak, coba yang dibilang harus menjaga pernikahan dari omongan orang, tetangga, mertua bahkan media sosial.
Masalah finansial, bukan cuma diacara pernikahan. Gimana uang selama kehamilan? Uang buat melahirkan? Biaya sekolah? Uang arisan? Uang bumbu dapur? Uang cicilan rumah? Udah bisa mengatur keuangan untuk cita-cita pribadi dan keluarga?
Dengan usia yang masih belasan apa yakin udah khatam atau setidaknya sedikit memahami keseluruhan dalam hal pernikahan? Perihal KDRT, kelainan seksual, perbedaan kultur dan semua yang gak akan ada habisnya.
Kalau kalian mau nikah muda atau tua, yaa terserah sebenernya. Tapi mbok yaa dipertimbangkan lagi segala sesuatu yang merugikan orang lain. Misal biaya pernikahan yang ditanggung orangtua, anak yang mendzolimi anak lain, dan malunya keluarga akibat perceraian dan sebagainya.
Comments
Post a Comment