Feminis dan Mulan
Kalian udah nonton film Mulan? Wah kalau belum silahkan list untuk tontonan minggu ini. Kenapa? Karena film ini seru apalagi buat para perempuan. Bakalan dibuat gemes sama filmnya.
Suatu film bisa dianggap berhasil kalau ia mampu memainkan emosi para penontonnya.
Kalau kamu nangis, marah, kesel bahkan tertawa, fix filmnya bagus. Yaa walaupun orang lain bilangnya lebay atau baperan, tapi percayalah semua perasaan itu valid.
BACA JUGA Feminis Liberal
Film Mulan ini bagus karena ia berani menampilkan sesuatu yang beda. Berani ambil peran perempuan sebagai pemimpin perang, menyingkirkan budaya patriarki yang merajalela.
Selain itu film ini juga mencongkel beberapa budaya yang merugikan wanita.
Seberapa sering kalian melihat perempuan yang dijodohkan oleh laki-laki yang tidak dikenal hanya karena orang tuanya merasa lebih paham anaknya daripada si empunya tubuh.
Tapi jarang kan lihat laki-laki diperlakukan demikian?
Karena keistimewaan laki-laki itu bisa memilih.
Mau bekerja mengejar karir sampai puncak, semua orang mendukungnya.
BACA JUGA Apa itu Feminisme?
Sedangkan perempuan? Pasti akan disandingkan dengan pertanyaan "pilih jadi ibu rumah tangga atau wanita karir?" Padahal laki-laki gak pernah ditanyain gitu. Begini sudah setara?
Kenapa akses menuju impian selalu membedakan peran laki-laki dan perempuan?
Mulan dianggap menjadi aib keluarga, desa, bahkan negara saat ia memutuskan untuk ikut berperang.
Sama kayak sekarang. Apapun insidennya perempuanlah yang menjadi sorotan.
BACA JUGA Bicara Patriarki
Perempuan yang hamil di luar nikah dibilang aib, tapi laki-lakinya masih bebas nongkrong di warung kopi.
"Yaa kan perempuan nampak aibnya di dalam perut yang buncit"
Kamu kira perut buncit itu bukan hasil dari sesuatu yang terlihat dibalik resleting laki-laki?
Kalimat "... kembali ke tempatmu" sering sekali diulang dalam film ini, sebegitu bahanya dunia luar untuk wanita. Sebagian mungkin merasa terlindungi, namun bukan berarti kita melupakan perempuan yang memiliki impian di luar rumah, melupakan perempuan yang harus menghidupi keluarga, melupakan perempuan yang harus banting tulang untuk tetap bernafas dan melupakan perempuan yang berbeda daripada perempuan cantik pada umumnya.
Gak semua perempuan suka dandan dan cuma mikirin cantik doang.
Sama halnya waktu Mulan ditanyain gimana kriteria wanita idamannya saat menyamar menjadi prajurit laki-laki, ia ditertawakan karena menjawab perempuan yang yang berani dan pintar.
Berbeda dengan teman lelaki lainnya yang memilih wanita dari kulit mukus dan pinggil yang besar.
BACA JUGA Mitos Kecantikan pada Lagu Aisyah Istri Rasulullah
Sebegitu rendahnya selera laki-laki yang hanya memilih berdasarkan fisik perempuan. Tapi kalau memang itu pilihanmu yaa silahkan. Tapi percayalah keberanian dan kepintaran perempuan harus menjadi prioritas.
Film ini gak ngajarin kita buat berontak sama budaya yang udah ada, sama aturan yang berlaku atau sama kebiasaan para perempuan.
Tapi film ini mengajarkan kita bahwa gak semua perempuan nyaman dipilihkan jalan hidupnya, apakah sebelumnya ia sudah menentukan sendiri jalan hidupnya? Siapa yang punya hidup? Perempuan? Masyarakat? Atau Tuhan?
Film ini mengajarkan kita bahwa yang selama ini dijalankan tidak selalu memberikan rasa aman dan nyaman bagi setiap orang.
Film ini ngasih tau kita bahwa tanpa kungkungan patriarki sebenernya perempuan juga bisa melampaui batasnya.
Tapi ingat satu hal dari film ini, selain menjadi berani, film ini juga ngajarin kita buat jujur. Jujur sama diri sendiri tentang apapun yang menjadi pilihan hidup, supaya mampu untuk mempertanggungjawabkannya. Sehingga setiap pilihan yang dipilih tidak menjadi bahan leluconan kaum adam atau bahkan perempuan lainnya.
Comments
Post a Comment